Jumat, 23 Desember 2011

Pare si Kampung Ingris di Kediri

Go to Pare (a not-so-long-stay in Pare part 1) , small town in East Java

After I making a big deal in my life (read: resign from my previous job) and I went back to my home town to celebrate feast day of Idul Fitri. Finished from euphoria of Idul fitri, every body had back to their activities and I leaved alone and tried to prepare about my plan in the  future. I didn’t know where I get this idea, I thought and considered about Pare City in East Java,  where this place is famous with “kampong Inggris”. So many students and also common people study or improve their English there. I wonder to get there.
Actually I have some purposes to visit Pare, firstly is  to improve my English while I seek for new job, and the second is for adventure, I had a dream about staying in a place where I never visited before and I don’t know anyone there, or I love to say that really in the middle of nowhere.
Okay I  just need 2 weeks to make this decision, and I tell to my parent that I’ll go. My plan, I’ll go by bus from my home town Bukittinggi to Jakarta, and continue by train to Jombang (last rail station) and then continue by angkot (public transport) to Pare. Thanks God I have Parent who always support me.

Now, the day has come, it’s time to go. My Mom gave me 2 packs of rice covered with banana leaves (I don’t know how to say it in English exactly :D) By Lorena bus will be reaching Jakarta in 1,5 days. In the bus, I had 2 friends, they were old men, and I made some conversations with them, one man wanna go to Ngawi his home town and the another one wanna go to Rawamangun, Jakarta, and we talked about many things, and I was so surprised when the first man asked me to be his son in law. HAAAH..?? My brain one’s beat to look for some reason to deny it. I just smile, and said “better if we (me and his daughter) meet first, what if your daughter dislikes me?” thanks God he agreed.

When we crossed  the Sunda Strait, another man brought me to a place in the ship and he started to talk seriously, and then the same case happened again, he also asked me to be his son in law, but this one really serious. He noted my phone number, and he asked me to visit his house and meet with his daughter when we arrive in Jakarta. OMG, what’s wrong with me?  I just said “yeah if I have leisure time I’ll visit him” fyuuuuh…

I stayed in Jakarta for a week before I continued my trip to Pare I attended some job fair in Jakarta, who knows Allah gives me the way there. After applied some position in some companies but there’s no respond then I decided to continued my trip to Pare. I Bought train’s ticket for executive class Rp 255.000 from Senen Rail station to Jombang. The train was very comfort, I could sleep well along way, just got up twice for bought Pop Mie in Semarang Rail Station and for took a pee. 

Pasar Senen Rail Station
Friend on board

Arrived in Jombang at 5.00 PM, I was quite worry about how to get (to) pare from here? On the way to exit gate I found Mushalla and I take Shubuh pray first and after that I heard a man said “paree.. paree..” and I asked him about bus to Pare, thanks God it’s not as difficult as I thought before. (and note for me, firstly I felt scare about bus broker (in Bahasa said calo) but I realized that now I’m not in Minang any more, because I often feel uncomfortable with bus broker in Minang, some time they looks force us, ggrrrr.
From Jombang to Pare by bus (public transport) around 1 hour, at the time the sun rise was so beautiful, corn field looks gold, so beautiful. I really enjoyed it. Arrived in Pare, Tulung Rejo exactly, the weather was so nice, I came too early morning, so there is no course has opened. 

the sun rise
Tulung Rejo Archway
Pare view in the morning


Note: thanks to Rika daniel for editing :D

Jumat, 12 Agustus 2011

Taraweh nan Syahdu

Yak kembali lagi hari ini Jumat, seperti biasanya penyakit saya sering kambuh dihari ini yaitu memikirkan kemana hendak akan melanglangbuana. Dari pagi berangkat kerja saya sudah mempersiapkan bekal untuk persiapan barangkali nanti ada ide pergi kemana dan bahkan harus nginap, jadi siap tempur.

Tapi jumat kali ini saya udah rencakan dari awal Ramadhan untuk taraweh di Masjid Sunda Kelapa, salah satu mesjid tua di Jakarta. Saya mengenal mesjid ini awalnya karna diinformasikan bahwa dipekarangan mesjid yang terletak di Menteng, setiap hari minggu banyak pedagang yang menjual makanan khas Minang, tapi saya masih belum sempat berkunjung kesana karna saya masih bingung dengan jalannya. Nah kebetulan ada teman yang memberitahukan kalau selama Ramadhan di mesjid Sunda Kelapa imamnya didatangkan langsung dari mesjid Madinah, woow saya langsung semangat, belum ada kesempatan untuk mengunjungi mesjidnya, diimami oleh imam mesjidnyapun udah syukur.

Modal map HP plus nekad, saya tancap pake motor kesayangan kesana, seperti yang udah diprediksi, saya bakalan nyasar, untungnya saya udah prepare waktu berangkat tenggo (teng langsung go) dari kantor, jadi walaupun 2 kali kesasar saya pas tepat waktu buka puasa sampai di mesjid Sunda Kelapa.

Memasuki pintu mesjid tiba-tiba ada yang menarik tangan saya dan mengajak untuk mengambil ta'jil atau makanan untuk buka puasa, Alhamdulillah pertolongan Allah memang selalu tepat waktu, kebetulan saya lupa bawa bekal untuk buka puasa. Setelah shalat maghrib, saya lanjutkan makan biar gak kelaparan pas tarawih nanti, infonya juga taun ini mesjid ini menyelenggarakan shalat tarawih 20 rakaat ditambah 3 rakaat shalat witir, jadi saya memperkirakan bakal butuh tenaga ekstra supa tidak ngantuk dan capek.

Setelah selesai shalat sunnah ba'diah maghrib ternyata bertepatan dengan jadual bulanan mesjid bahwa setiap jumat minggu pertama tiap bulan mereka menyelenggarakan shalat sunnah tasbih, yaudah saya segera berkemas dan ikutan. Jujur ini yang pertama bagi saya :D.

Selesai shalat sunnah Tasbih pas masuk waktu shalat Isya, saat ini shalat masih diimami oleh imam mesjid Sunda Kelapa, setelah itu ada ceramah ramadhan yang dikemas secara singkat padat dan penuh makna. Baru setelah itu shalat sunnah tarawih. Majulah sesosok ras Arab yang tinggi besar brewokan dan memakai koostum khas bangsa timur tengah dengan gamis lengkap. Saya langsung menyimpulkan kalau itulah si imam yang dimaksud.

Nggak kerasa ternyata udah salam ke empat, rakaat ke delapan, sebagian jamaah mengundurkan diri dan sebagian lagi masih tetap melanjutkan sampai nanti salam ke sepuluh atau rakaat dua puluh. Awalnya saya juga berniat sampai rakaat 8 aja, tapi mendengar bacaan ayat Al Quran si imam yang begitu bagus saya jadi gak merasa ngantuk dan capek, rasanya si imam benar-benar dari hati membacakan tiap ayat demi ayat sehingga kita juga ikut merasakan. Sungguh syahdu, dan saya malah pengen nambah, sampai sahurpun mungkin akan tetap kuat. (gaya2an :p)

Selesai shalat taraweh yang juga telah menyelesaikan 1 juz saya terperangah nggak beranjak dari tempat duduk saya, menikmati interior mesjid, membayangkan bagaimana perjuangan mesjid ini bertahan sejak jaman penjajahan dulu hingga makmur seperti sekarang. Lalu saya ikut barisan jamaah yang saling bersalaman sambil mengumandangkan shalawat nabi, dan ternyata si Imam juga ada dibarisan. Selesai salam2an saya seperti biasa dengan tidak tau malunya minta berfoto dengannya, lumayan buat kenang2an, ntar kalau saya dikasih kesempatan bisa pergi umroh mana tau bisa ketemu lagi di medinah. hehe aamiin.
bersama Syech Muhammad Ali Jabir


Interior Mesjid Sunda Kelapa
Mihrab Mesjid Sunda Kelapa

 Selesai foto2 setelah itu datang 3 orang pemuda kira beberapa tahun di atas saya umurnya dan mereka memintakan doa karna dia baru saja jadi muallaf, spontan kita memberikan selamat dan membuat lingkaran, doa dipimpin oleh si Imam mesjid Nabawi, ternyata lingkaran kami menarik perhatian jemaah lain dan akhirnya banyak yang bergabung dan ikut mendoakan si mualaf, benar2 haru suasananya, saya sampai merinding, berkah ramadhan. Syukur Alhamdulillah tiada terkira dengan semua kejadian hari itu, benar2 penuh makna, banyak pelajaran yang saya ambil. Ya Allah jadikan saya hambamu yang selalu tawakal dan istiqamah ya Allah..
mualaf (yang pakai kaca mata)

Rabu, 06 Juli 2011

Mesjid Kubah Emas Pertama

Sebenarnya niat untuk menceritakan tentang perjalanan saya menuju mesjid kubah emas ini udah lama, tapi dikarenakan saya lagi marahan ceritanya sama internet jadi gak mau on-line dulu melalui laptop atau HaPe pribadi, kalo minjam atau pake fasilitas umum boleh, hehe aneh.

Niatnya hari itu cuma nyari kosan, rencananya weekend itu saya mau ditemani Haris nyari kosan. Hari pertama hunting bersama haris gak dapat meskipun udah muter2 kesana kemari, pada saat mau pulang kita ketemu sama teman Haris yang akhirnya kenal dengan saya melalui internet (blog, twitter & facebook), namanya Fahmi. Sering chatting trus ketemu akhirnya saya udah kayak temenan dekat juga. Berhubung besoknya Haris gak bisa nemanin saya nyari kosan trus si Fahmi nawarin diri untuk mau menemani, ya udah saya dengan tak tau malunya memanfaatkan keadaan (dari pada nyasar gak tau jalan trus bego sendiri).

Kita mulai hunting jam 10 ngaret sejam dari rencana awal, Siangnya setelah nemu beberapa referensi dan saya udah kecantol satu pilihan akhirnya kiti memilih udahan dulu nyari kosannya. Setelah istirahat, shalat dan makan tiba2 si Fahmi nyeletuk ngajakin ke Depok, tepatnya Mesjid Kubah Emas. Saya gak perlu mikir lama langsung hayuk aja (kalau urusan jalan perasaan hayuuk terus deh). Akhirnya diputuskan untuk langsung menuju kesana, Fahmi sebenarnya juga gak begitu yakin dengan transportasi kesana, tapi yaudahlah kita punya map dan juga bisa nanya2 di jalan, masih negara sendiri ini juga kok.

Perjalanan dimulai dari terminal Blok M, menggunakan angkot kopaja menuju Pasar Minggu, dari sini kita bingung mau naik kereta api atau angkot lagi, setelah nanya sama petugas penjaga palang pintu perlintasan kereta api (niat banget yah nyari tempat bertanya) akhirnya disaranin naik angkot aja, kita yang orangnya lugu (gak usah komen) nurut aja. Ternyata perjalanannya cukup panjang dan lama, tapi karna berhubung saya baru pertama kali kesini jadi ya semangat aja. Melewati kampus utama UI dengan ribuan pikiran melintas di dalam otak.

Saya gak tau jalan dan informasi sama sekali untuk menuju Mesjid Kubah Emas, jadi ngandalin si Fahmi aja, gak taunya dia juga meraba-raba jadilah kita jalan2 dulu (dibaca: nyasar), makin lama rasanya makin jauh, akhirnya nanya ke pak supir yang sedang bekerja dan kita disuruh ambil angkot balik nyasarnya udah jauh. Sampai di terminal Depok nyambung angkot lagi ke arah Parung, dan lagi-lagi salah, angkot yang kita naiki gak langsung melewati Masjid, jadi turun lagi trus sambung lagi.

Akhirnya sampai tujuan tepat waktu Ashar, Alhamdulillah bisa langsung shalat jamaah tanpa telat. Selesai shalat saya mendapati sesuatu yang berbeda saat setelah dzikir dan sebelum do'a, Imamnya mengajak jamaah untuk ikut mendoakan pendiri mesjid beserta keluarganya. Saya langsung mikir betapa beruntungnya mereka diberi rezki seperti ini, terbayang 5 kali sehari dengan pengunjung mesjid yang selalu ramai dan mendoakan si pendiri mesjid beserta keluarganya, jika paling sedikit 1 orang aja doanya dikabulkan Allah sudah Alhamdulillah apalagi kemungkinannya sebanyak itu, Subhanallah, semoga niat tulus pendirinya itu menjadikan pemberat amalan beliau nanti di akhirat kelak, aamiin.

Selesai shalat saya berniat mengeluarkan camera, tapi langsung lihat tulisan dilarang berfoto di dalam mesjid, yak sepertinya si pengurus mesjid menyadari akan banyaknya pengunjung yang mau berfoto dengan latar interior mesjid nan indah dan mewah, dan takut menggangu kenyamanan jamaah lain yang sedang beribadah, bagaimanapun mesjid adalah tempat ibadah bukan tempat rekreasi untuk berfoto2 apalagi sampai lebih mengagumi mesjidnya dari pada tuhannya sendiri, saya menghargai itu tapi tetap mencuri foto dengan HaPe dari tempat duduk jadi tidak mengganggu jamaah lain, :D (nggak ngeles kok).


Mihrab


Eksterior Masjid

lampu hias di tengah-tengah kubah bagian dalam seberat 2 ton yang di datangkan dari Italia.

Setelah itu kita keluar lagi nyari makan kelaparan dengan perjuangan menuju masjid ini. Saat lagi makan tiba-tiba hujan deres banget, pas selesai makan hujannya berenti juga, Subhanallah, Allah maha baik. Kita balik lagi ke dalam, rencananya sekalian maghrib, tapi berhubung waktunya masih agak lama, jadi kita muter2 dulu liat sekitar masjid ada apa aja. Rupanya di sebelah masjid ada rumah pendirinya, gak kalah mewah juga, sekilas saya merasa suasananya mirip di depan gerbang kerajaan Malaysia, trus berasa di kayak di dalam kisah aladin atau 1001 malam gitu, di tengah padang pasir ada kerajaan megah, halah imajinasi yang aneh.

Abis maghrib ternyata hujan lagi, kayaknya kita disuruh sekalian sampe Isya aja disini. Menunggu Isya kita duduk di dalam masjid aja kebetulan setiap malam Jumat di masjid ini jadualnya Yasinan, pas banget deh. Selesai Isya hujannya sedikit reda, kita jalan keluar gerbang dan nyasar lagi, gerbangnya salah, udah tutup, terpaksa balik lagi dan jalan mutar.

Nunggu angkot lagi, awalnya pengen angkot yang langsung menuju terminal Depok biar gak nyambung2, tapi gak dapat angkotnya terpaksa deh nyambung2 lagi. Melengkapi petualangan kita baliknya pake kereta commuter line yang baru, lumayan meskipun berdiri, nyampe jakarta udah gak ada angkot lagi terpaksa naik taksi, nyampe kosan langsung tepar.

Note:
1. Referensi lain untuk mesjid ini bisa dibaca disini
2. Kalau tidak salah ada suatu hadist yang berbunyi : “Belum akan datang kiamat sehingga manusia berlomba-lomba membangun dan memperindah masjid-masjid” (HR. Abu Dawud). kenyataannya ini memang sudah akhir zaman, mari ramaikan mesjid, tidak hanya memperindah dan membangunnya saja (# nasehat diri)
3. Sepulang dari sini saya menemukan ada 7 Masjid di dunia yang berkubah emas lainnya, (ada yang tau apa yang terlintas dalam pikiran saya?? yak itu lah dia, doakan saja supaya saya bisa mengunjungi semuanya. Gak masalah saya gak bisa bangun mesjid nan megah, doakan supaya saya bisa shalat 5 waktu ke mesjid aja :D)

Jumat, 01 Juli 2011

Hijrah

Berawal saat memasuki tahun 2011, saya mulai memikirkan resolusi yang akan saya capai ditahun ini. Salah satu yang masih pending dari tahun kemaren adalah menemukan kerjaan baru yang lebih baik, karna saya sudah terlalu sering mengeluh dan tidak bersemangat bekerja dengan keadaan saat itu. Bulan Februari saya dapat kesempatan pergi berlibur yang rencananya sama Uni sekeluarga tapi batal, plan B-nya solo backpacker tapi seminggu mau berangkat ternyata Haris berminat untuk gabung. (cerita sebelumnya di Jalan-jalan Jalan 1Jalan-jalan Jalan 2, Jalan-jalan Jalan 3, Jalan-jalan Jalan 4, Jalan-jalan Jalan 5 )

Pulang dari liburan yang begitu seru tapi capeknya minta ampun, ternyata hanya bertahan seminggu yang membuat saya fresh lagi. Dua minggu setelah itu kembali lagi perasaan jenuh, bosan, gak karuan kembali merasuki. Kerjapun saya jadi uring-uringan, kalau gak ada kerjaan di kantor saya balik ke kos tidur-tiduran sambil nonton. Terakhir sampailah saya ke titik puncaknya, saya merasakan sedih yang sangat luar biasa tapi herannya gak tau penyebab pastinya apa, tiba2 air mata saya keluar mengalir, dua hari saya merasakan ini bahkan di kantor juga. Saya bawa shalat, ngaji, dan sejak saat itu saya berusaha untuk shalat berjamaah di mesjid, dan bertekat untuk bisa khatam alquran.

Pulang dari shalat subuh saya ngaji menunggu pagi sebelum berangkat ke kantor, saat itu saya sudah sampai di surah An Nissa ayat 97 yang artinya "Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri [342], (kepada mereka) malaikat bertanya : "Dalam keadaan bagaimana kamu ini ?". Mereka menjawab : "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para malaikat berkata : "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu ?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali". Saya merinding saat membaca bagian "bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu", siangnya di kantor saya makin mantap untuk memutuskan resign dari pekerjaan sekarang.

Weekend saya pulang ke Bukittinggi, curhat habis2an sampai nangis lagi sama Apa dan Ama, tapi setelah itu jadi lega, mereka memberikan pencerahan yang membuat saya makin mantap. Balik kantor saya langsung mengajukan surat resign, koordinator sayapun kaget dan menyuruh saya untuk memikirkannya lagi bahkan kalau bisa jangan resign. Waktu seminggu yang diberikan saya gunakan untuk searching lowongan kerja, dengan Bismillah apply sana-sini. Gak tau kenapa saya bahagia memikirkan resign, padahal belum ada kerjaan baru yang akan menampung, kalau kata teman2 saya konyol, tapi saya yakin rezeki Allah itu gak berpintu yang datangnya gak akan terduga-duga.

Awal April saya resmi mengajukan surat resign itu berati per May saya resmi keluar dari pekerjaan. Dan rezki Allah itu memang tidak diduga-duga datangnya, 2 minggu menjelang saya resmi keluar, ada telpon dari salah satu perusahaan yang saya pada saat apply-nya saya gak begitu berharap banyak, karna sudah berpengalaman dengan perusahaan sejenis sebelumnya, tapi ya itulah Allah selalu memberikan melebihi apa yang kita bayangkan. Rasanya prosesnya juga dimudahkanNya, beberapa kali saya mengikuti recruitment rasa penuh dengan deg-degan apalagi yang terakhir yaitu di Bank Indonesia, banyak orang menginginkan untuk bisa masuk bekerja disini, tinggal beberapa langkah lagi saya digagalkan oleh Allah dengan cara lain. Mungkin untuk meluruskan niat saya yang memilih resign dari perusahaan sebelumnya karena banyak mengandung unsur riba, jika saya bekerja di bank ya itu berati sama saja, kecuali yang murni syariah.

Rencana awal saya setelah resign:
1. Mau istirahat dulu satu atau dua bulan, me-refresh pikiran dan semangat sebelum memasuki kerjaan baru (yang ini pengennya.. :D)
2. Persiapan Menikah, saya tau ini konyol seperti kata orang kebanyakan, tapi saya teringat nasehat seorang teman (bang Sauki Nursyam, semoga beliau diberkahi Allah) dulu kepada saya tentang standar kematangan financial untuk menikah "jikapun saat ini anda punya harta berlimpah, ada yang bisa menjamin kalau besok itu masih ada, dan kalaupun saat ini anda tidak punya apa-apa ada yang menjamin besok anda masih gak punya apa-apa?" yang penting niat baik dan usaha, halah emang jaman sekarang masih ada yang mau sama yang kayak beginian ya..?

Dan lagi2 Allah itu Maha Baik, hampir sebulan dengan status pengangguran saya mulai merasakan bosan, apalagi kalau lihat tabungan yang makin menipis. Sepulang dari berkunjung ke tempat Uni di Rengat saya dihubungi untuk keputusan bahwa saya diterima bekerja, Alhamdulillah dan hebatnya lagi saya diberi waktu 2 minggu untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Waktu yang diberikan saya anggap sebagai liburan aja sebelum berangkat merantau. Ada kenikmatan yang luar biasa juga disaat menunggu waktu berangkat saya ke Jakarta, ikatan emosional saya dengan seluruh keluarga terasa sangat dekat sekali dan rasanya sangat menentramkan dan membuat saya makin yakin untuk menatap tantangan baru yang akan saya hadapi nantinya, teman bisa saja datang dan pergi tapi tidak dengan keluarga, mereka selalu ada.

Pas mau berangkat dikasih lagi nikmat, tiba2 sahabat saya Haris dapat tugas ke Padang dan balik ke Jakarta kita bareng. Benar2 bersyukur dengan semua perjalanan itu, saya seperti dituntun oleh Allah, sampai di Jakartapun saya rasanya di dekatkan dengan orang2 yang menginspirasi yang membuat saya makin belajar. Meskipun kenyataannya hidup di Jakarta gak seperti yang saya bayangkan di awal, tapi InsyaAllah saya akan tetap bersyukur, menikmati proses, dan mengambil pelajaran, karna aku yakin Allah akan menuntun ke titik yang lebih baik InsyaAllah.

Sabtu, 14 Mei 2011

judulnya sih pergi interview kerja

Long weekend bulan Juni kemaren saya ada panggilan interview kerja ke Jakarta, tapi entah kenapa persiapan saya itu 50% buat interview 50% lagi buat jalan2 ngumpul sama teman2. Pas mau berangkat saya agak ngeri2 sedap juga ngebayangin Jakarta, transportasinya yang masih semrautan, tingkat kejahatan dan kesenjangan sosial yang tinggi, bikin saya miris, kenapa malah di negri sendiri saya merasa cemas bepergian dibandingkan backpackingan di negri orang. Tapi ya gimana lagi harus dihadapi.

Tujuan utama tentunya interview, namun itu cuma hanya menghabiskan setengah hari aja, setelah itu saya bingung mau kemana, mana gak tau jalan juga. Setelah telpon, sms sana-sini, akhirnya saya nunggu Haris di bandara SOETA aja yang baru berangkat dari Surabaya. Malamnya saya nginap di rumah Haris bersama uni dan kebetulan juga ada mamanya yang nungguin si Uni mau lahiran, ada adik Haris juga waktu itu. Cuma butuh beberapa saat saja kita udah langsung tepar karna kecapekan kali ya..

Jumat pagi diawali shalat ke mesjid, abis itu siap2 kita mau jumatan di mesjid Istiqlal, sekalian janjian ketemu sama mantan teman kerja saya Rahmanul. Ketemu Manul (panggilan kesayangannya Rahmanul) ngobrol sebentar kita langsung masuk mesjid. Ini kali pertama saya ke Mesjid yang katanya terbesar se asia tenggara ini. Karena jumat jamaahnya sangat ramai jadi saya gak sempat menikmati bangunan ini, hanya fokus untuk shalat jumat aja. Beruntung khutbah jumat dibawakan oleh ustad Arifin Ilham, pesan khutbah jumatnya bikin saya tak henti2 merinding teringat dosa, kelalaian dan tujuan hidup sebenarnya. subhanallah alhamdulillah allahuakbar..
Interior Masjid Istiqlal

Selesai jumatan personil kita nambah satu temannya manul, gak tau tujuan kemana akhirnya ke gramed trus mall arion (kalo gak salah), setelah itu saya jemput tas ke tempat Haris, berhubung haris mau ada acara dan si manul juga ngajak nginap di kosannya. Shalat maghrib di toko Rabbani sebuah toko perlengkapan muslim. Yang menarik dari tempat ini adalah bagian depan tokonya, kalau pada umumnya toko menggunakan bagian depan untuk memajang barang dagangannya kalau ini digunakan untuk mushalla, hebaat. Setelah sempat liat-liat dulu sebentar akhir kita pamitan dengan Haris dan menuju ke tempat Manul. Turun busway kita diserbu hujan deras plus petir, sambil nunggu azan Isya pun terdengar, ternyata di depan ada mesjid, yaudah dari pada nunggu gak jelas mending kita shalat aja dulu.


Subhanallah selesai shalat tenyata bener hujannyapun agak reda meskipun masih agak gerimis. Kita jalan ke tempat kos nya teman Manul untuk jempt motor, trus nyari makan dan sampelah di kosannya Manul. Disini saya sempat termenung dan menyadari inilah Jakarta, kosan cewek-cowok nyampur ya biasa aja. Saya sempat terperangah melihat salah seorang teman kos nya tempat Manul ambil motor tadi kalau teman cowoknya nyantai aja bertamu masuk ke kamar. Untuk masalah ini saya kangen dengan suasana Padang dimana kontrol sosialnya masih tinggi. Bus kotanya selain bagus dan full music juga secara sadar tanpa peraturan tertulis penumpangnya membagi dua bus dimana bagian depan penumpang cewek dan bagian belakang cowok.

Esok harinya kita berencana mau main ke ancol janjian sama mantan teman kerja juga Tya, jadi judulnya reunian eks karyawan PT ***. Sejak awal ketemu gak berenti2 ngobrol dan cekikikan, padahal kita cuma bertiga tapi hebohnya kayak sekampung. Kayaknya sampe ancol kita timing nya salah, panas banget, cuma sempat poto2 sebentar, abis itu nyari makan, shalat, trus kita menuju ke tempat lain aja, ke Jakarta Kota.


Di Jakarta Kota kita nyasar ke museum Bank karna gratiscuma nunjukin ATM bank yg bersangkutan aja. Di dalam bukannya merhatiin apa isi museum malah kita poto2 bodoh2an. Keluar dari sana kita lanjut ke bangunan tua lainnya, pengennya poto2 juga tapi ternyata pengunjungnya lagi rame banget jadi gak seru malah sempat ketemu orang gila yang lagi marah2ain pasangan yang lagi poto prewed hahaha..

Disini juga saya ketemu sama teman wushu dulu waktu di Unand, Ira bersama temannya, dari sana kita akhirnya mutusin keluar dari Kota trus nyari yang dingin2 keluarlah idenya Tya pengen ke ice cream italia yang ada di Juanda samping Istiqlal, saya yang gak tau nurut aja. Ira dan temannya duluan pake motor kita bertiga naik busway.

Sebelum ke TKP kita shalat dulu di Istiqlal lagi, asiik. Untung Ira udah duluan jadi bisa mesan tempat, ternyata pengunjungnya rame pake antri segala, udah gitu pas pulangnya ditraktir Ira pula sedaaap. Keluar dari makan Ice cream kita balik ke Istiqlal shalat maghrib sebelum lanjut ke tujuan berikutnya Monas, hahaha kayak dari mana aja gitu yah mainnya ke Monas, niatnya sih mau nyari makanan pinggir jalan. Nyampe Monas malah ketemu sepeda trio yang bisa boncengan 3 orang, timbulah ide menggila, kita sewa 20 ribu selama 45 menit. Muterin monas gak henti2nya cekakakan ngebayangin penderitaan sepeda diboncengin 3 orang yang kayak begini, ternyata seru juga. Lagi muter ketemu kerumunan orang ternyata ada yang baru di monas air mancur yang diberi efek cahaya keren juga kayaknya. Kita buru2 balikin sepeda mau liat ternyata pas nyampe TKP pertunjukan udah selesai, sial. Yaudah tujuan dialihkan ke tujuan utama aja nyari makanan, dan disini sial lagi niatnya pengen makanan murah tapi seru yang ada malah dibawah standar udah gitu muahal pula, kapook gak lagi2 deh kesana.



Pulang dari sini saya langsung packing karna subuh2 harus ke bandara balik lagi pulang. Di Bukittinggi juga udah ada jadual janjian berikutnya (halah sok sibuk) dengan si sobat lainnya Rika Daniel, kebetulan dia lagi pulang kampung, kan jarang2 kita bisa ketemu. Sama Rika di traktir pula, aseeek.

Yaudah itulah jadual interview saya ke Jakarta yang sebagian besar malah jalan2 hehehe..

Jumat, 13 Mei 2011

Kerajaan Melayu di Rengat

Sudah 5 hari resmi saya menganggur karna saya baru resign dari pekerjaan yang lama, menunggu dapat kerjaan baru saya berniat mau jalan2 refreshing dulu lah sebelum masuk dunia kerja lagi. Kebetulan Sabtu 7 Mei, ponakan saya yang kecil ulang tahun dan si mama ngajakin kesana biar bisa bantu2.

Sebenarnya Jumat dari pagi saya ada keperluan dan kalau menurut rencana harusnya jam 2:30 WIB udah selesai, beruntung hanya molor sedikit. Dan menurut jadual juga mobil travel jemput ke rumah biasanya abis Ashar, yaudah buru packing baju, onderdil segala macam buat persiapan 3 hari, separuh tas dipenuhin sama camera hehe.

Nyampe di Rengat jam 4 dini hari, masih kleyengan gak bisa tidur di mobil, abis Subuhan saya tidur lagi sampe akhirnya dibangunin sama si ponakan yang sok malu2. Oh iya hari ini Gibran ulang taun, ternyata meskipun baru 2 tahun dia ngerti kalo hari ini lagi ultah, ckckck anak jaman sekarang :P. Rengat kotanya panas, saya udah gak bisa nyenyak lagi tidur, yaudah mandi trus main gangguin Gibran, ponakan saya yang besar Luthfi masih di sekolah.

Para ibu2 udah sibuk aja di dapur ngurusin makanan yang mau di bagi2in ke panti asuhan, teman dan tetangga. Aku bangun tidur kelaparan langsung mbat apa yang ada aja hehe. Abis Zuhur kita bertolak ke TKP, panti asuhannya blom pernah dikunjungi jadi nyari dulu meraba, setelah ngikutin petunjuk yang dikasih sempat nyasar juga dulu akhirnya ketemu, di baliknya kuburan cina ternyata.

Selesai membagikan sedikit rejeki, anak2 disini memberikan yang lebih besar kepada kita, doa buat yang berulang tahun, suasananya berubah menjadi haru, termasuk saya rasanya seperti tertampar, betapa saya jauh lebih beruntung dari mereka, namun saya masih aja sering mengeluh dan lupa bersyukur, astaghfirullah..(T-T)


Sorenya saya baru teringat kalau di rengat ini pernah ada kerajaan melayu, dari pada gak ngapa2in juga rasanya saya udah lama gak liputan *halah, buat foto sama blog juga jadinya semangat. Setelah dapat petunjuk dari si Uni saya dan Luthfi pun berangkat. Luthfi gak mau ikut rombongan yang pake mobil dia memilih dengan saya pake motor, tancaap. Ternyata gak jauh dan susah juga nemuin replika istananya, setelah saya dekati hati ini jadi sedikit miris, sayang sekali gak terawat, banyak kambing yang nyari makan rumput yang udah tumbuh liar di pekarangan istana. Saya secara gak sengaja lagi2 membandingkan dengan negri tetangga, betapa mereka menghargai budaya melayunya dan juga peninggalan2 sejarahnya yang dirawat dengan baik :(

Istana dilihat dari pinggir danau Raja, Rengat
pintu masuk istana

bersama Luthfi dengan background Istana

Selasa, 19 April 2011

Parabek nan Damai Sejak Dulu

Seperti weekend biasanya saya selalu ngacir pulang kampung ke Bukittinggi, tapi kali ini rasanya agak sedikit berbeda karna saya sambil mempersiapkan rencana untuk bulan depan, bukan traveling lagi tapi ini masalah kerjaan.

Anyway, saya selalu riang gembira ketika meluncur menuju kampung, duduk dalam bis paling pinggir samping jendela yang besar memandangi pemandangan sawah dan danau. Waktu itu juga lagi hujan gerimis, terasa makin nikmat memandangi air yang menari-nari di kaca, ditambah waktu itu ipod saya sedang memainkan lagu2 ber-genre emo,  wuiiih jadilah saya berasa berada didalam sebuah film-film drama gitu (lebay hahaha).

Sebenarnya begitu sampai di rumah saya juga gak punya planning apa2 sih untuk weekend, semangatnya mikirin pulang aja hehe. Ehh tapi weekend ini sahabat saya Haris katanya lagi di Pekan Baru, dan kalau sempat dia akan pulang kampung juga. Baiklah saya makin senang karna ada teman buat keluar.

Ritual yang biasa saya lakukan jalan dengan haris kalau waktunya mepet cuma sehari palingan main ke pasar atas-nya Bukittinggi, hunting beberapa barang, trus makan di H. Minah sama teh pak Hau sambil berbodoh2 dan ngobrolin tentang nikah, gak tau kenapa kalo dengan haris saya sering banget ngomongin tentang nikah. Pas pulang menuju rumah haris tiba2 saya dapat ide untuk shalat maghrib di mesjid Parabek, Parabek adalah madrasah tawalib swasta yang sangat terkenal, lulusannya banyak juga yang melanjutkan ke Univesitas Al Azhar Mesir dan melahirkan orang2 besar lainnya yang sangat berpengaruh.

Parabek ini sebenarnya dekat banget dari tempat kita (rumah Haris dan saya) tapi karna selama ini saya gak terlalu tertarik soalnya disitu isinya anak santri semua, kalo sekarang tertariknya berhubung saya lagi berusaha tobat dan sekaligus mencari wanita muslimah (hahaha ketauan niat aslinya) jadi yah pengen nyobain sensasi shalat di tengah2 para santri.

Setelah pamit sama keluarga Haris kita muter2 dulu, kebetulan waktu shalatnya juga masih lama, sekalian manyilau (dibaca: menikmati pemandangan). Dari luar terlihat mejidnya memang bangunan lama tapi masih bagus dan kelihatan sangat terawat, dari luar kita bisa mengintip interiornya yang sedikit keliahatan mewah melalui pintu masuknya. Setelah 3 kali muter2 baru para santrinya keliatan udah ramai dan kitapun ikutan merapat. Saya mulai merasakan sesuatu, dari sudut penglihatan saya melihat para santri ini memerhatikan kita, ketahuan banget kalau kita memang orang asing disini. Semua pada pakai baju muslim dan sarung sementara kita t-shirt + jeans + jaket.

Memasuki mesjid saya sangat merasakan sensasi yang keren, saya langsung penasaran dengan sosok Syekh Ibrahim Musa yang mendirikan pesantren ini. Interiornya ketahuan banget kalau ini adalah mesjid tua, tetapi sangat terawat, dan aksen2 di dalamnya dipercantik dengan gorden dan pencahayaan yang bagus, yang makin menarik hati, hebaat, saya jadi pengen masuk pesantren.

Menjelang shalat para santri sudah rapi membuat syaf, kalau biasanya saya melihat jamaah duduk berserakan, kalau disini mereka langsung tertib merapatkan dan merapikan syafnya. wuiihh.. Imam dipimpin oleh seorang yang berperawakan arab atau india saya lihat, berbaju gamis dalam melebihi mata kakinya. Selesai shalat dzikir dan doa dipimpin oleh santri yang ada di belakang imam, masih kecil, kira2 berumur 11 atau 12 tahun tapi bacaannya bagus, saya meresa kena tampar. Sayup2 saya perhatikan ternyata santri yang lain mengikuti bacaannya, saya menyimpulkan memimpin dzikir dan doa ini merupakan tugas bergilir seperti piket gitu. kalau saya dapat giliran waktu itu mungkin mereka bakal timpukin saya kali yah.

Keluar mesjid saya sempat2in nyuri poto interior mesjidnya, pas nyampe motor ee mati lampu, si Haris yang lagi mainin gadget barunya ngambil inisiatif jadiin senter biar para jamaah gak salah nyariin sendal mereka. (semoga makin berkah tuh gadget baru)

interior mesjid Parabek

Pas lagi (masih) berbodoh2 dengan gadget baru tiba2 imam tadi lewat di depan kita sambil ngucapin assalamualaikum antara ada dan tiada, trus berlalu begitu saja. Yasudah kita juga ngacir deh..

Minggu, 27 Maret 2011

wonderful day

Weekend ini saya diliputi kebingungan beberapa pilihan hidup yang mau saya jalani, tetapi gak tau kenapa saya malah memilih untuk pulang kampung saja seperti weekend biasanya. Walaupun saya tidak punya jadwal yang berati, tapi ya menghabiskan waktu berkumpul dengan keluarga rasanya cukuplah merecharge semangat setelah seminggu bekerja.

Sampai di rumah saya benar2 kelaparan tapi untung aja ada makanan jadi langsung hajar hehe. Kekenyangan habis makan azan Ashar udah berkumandang yaudah ke mesjid, pulang dari mesjid kebingungan mau ngapain lagi akhirnya saya online aja sambil mikirin ntar malam mau ngapain, sambil ngobrol2 juga sama si emak.

Online gak jelas sampe Maghrib, ke mesjid trus makan malam sambil nonton2 dan online juga. Baru ingat saya punya misi yang  udah diancang2 dari tadi sore untuk diselesaikan malam ini, langsung matiin laptop berangkat, siip jam 11.30 malam misi selesai. Orang2 sudah pada tidur, saya nonton sebentar trus juga ikutan tidur.

Paginya seperti biasa saya sangat bermasalah bangun pagi jadinya telat ke mesjid, shalat di rumah aja abis itu berhubung cuaca di kampung lagi oke banget duinginnya yaudah yang paling pas ya tidoor. Bangun lagi jam 8 lewat, nonton kartun trus sarapan katupek kapau (ketupat beras pakai gulai yang isinya rebung dan nangka, khas daerah kapau yang ada di Bukittinggi). Abis itu bingung lagi yaudah online lagi hehehe.

Sambil online gak jelas saya sambil mikir mau ngapain lagi yah..?? mau nyari ide buat nulis tapi udah gagal, rencananya hari ini mau shalat 5 waktu di 5 mesjid berbeda, soalnya subuh tadi gara2 telat shalatnya di rumah. Mikir2 trus dapat ide ketemu teman lama, setelah dihubungi beliau lagi ada keperluan, hmm sepertinya saya disuruh di rumah aja nih. Gak tau kenapa saya pergi aja mandi trus rapi2 mau keluar, padahal gak ada tujuan jelas. Jalan.. jalan.. akhirnya nyampe di kota Bukittinggi, muter2 rencananya mau liat baju atau celana yang misi minggu sebelumnya waktu pergi sama emak gak nemu. Tapi ntah kenapa kali ini males aja jalan sendiri, padahal biasanya juga sendiri. Diputer lagi arah sepeda motor tiba2 keingat nyari SeLi alias sepeda lipat, ketemu sih tokonya setelah liat2 dan nanya2 yaudah gitu aja, hahaha makin gak jelas.

Zuiink tiba2 ada angin menampar ingatan saya kalau minggu ini saya janji mau ke rumah Rolly, sahabat salapiak sakatiduaran semasa kuliah dulu. Rolly udah bekeluarga dan udah punya putri, cuma saya belum sempat liat, rencananya minggu kemaren tapi berhubung hujan jadi gak bisa ketemu. Setelah konfirmasi langsung meluncuuur, di perempatan jalan nunggu lampu merah ketemu sosok yang mencurigakan, selidik punya selidik ternyata itu Farid teman kuliah dulu juga dan teman sekelasnya Rolly juga, berdua bersama perempuan dengan bahasa tubuh yang aneh, saya tebak saja kalau itu pacarnya hehehe. Akhirnya saya berhasil mempengaruhi Farid untuk diajak sekalian ketemu sama Rolly dan liat putrinya. Siip setelah nego2 tingkat tinggi akhirnya diputuskan kita ke tempat tujuan masing2 dulu setelah itu abis Ashar ketemu di depan gerbang rumah Rolly, baru bareng masuknya.

Akhirnya setelah nyasar dikit nyampe juga, Rolly udah nungguin depan rumah dia mau berangkat ke Padang. Kita masuk bertamu ngobrol2 cerita hidup masing2 setelah lama gak ketemu, ada cerita lucu yang hanya saya simpan dipikiran saya disini (namanya juga hanya disimpan jadi gak usah diceritain ya..). Akhirnya kitapun sama2 keluar berhubung udah sore, Rolly mau ke Padang , Farid mau ke Payakumbuh dan saya kemana yah..??
syifa bin Rolly

Di jalan dapat ide lagi ngunjungin Uda saya aja, udah lama juga gak liat ponakan sendiri. Sekalian tadi ketemu yang lucu buat si kecil. Ketemu si ponakan ehh anak ehh gitulah apasih sebutannya untuk anak abang..?? ternyata dia udah bisa di gendong2, saya paling geli gendong bayi yang kepalanya belum kokoh berdiri, hihihi lucu, rambutnya mohawk pipinya cabi, gemes saya.

Sambil ngobrol2 kerjaan, hidup, juga sempat diledekin kalo teman2 saya udah pada nikah dan punya anak, saya masih sibuk jalan2 hehehe, baik Uda, bantuin dunk nyariin hehe. Trus saya juga sempat curcol (curhat colongan) masalah kegundahan hati yang beberapa minggu terakhir ini terasa. Dan disini lah saya menyadari kebesaran ALLAH, dimana ada niat baik disitu insyaAllah akan diberikan jalan, saya dapat beberapa ilmu dari beliau, dan dapat rezki juga, lagi2 Allah maha baik, rezki itu datangnya dari arah yang tidak disangka2 itu benar dan sudah terbukti bagi saya hari ini. Cahaya merah udah mulai keliatan saya pamit pulang takut keburu Maghrib di jalan.

Di jalan gak henti2 mengucap syukur, terima kasih telah diberikan pelajaran hidup hari ini yang sangat berharga, betapa indahnya silaturrahmi dan berbagi.

Minggu, 20 Maret 2011

an extraordinary weekend

Sebenarnya sewaktu mau pulang saya agak2 malas, tapi ya karna mikir bakal lebih parah lagi kalau saya weekend di Solok jadi akhirnya saya pulang juga. Untunglah dapat beberapa ide untuk mengisi weekend kali ini, diantaranya silaturahmi tempat sahabat yang udah lama gak ketemu sekalian mau liat baby nya. Trus juga mau nyelesaiin baca buku Ainun Habibie, yang ini gagal rasanya saya menyia2in waktu berharga di rumah hanya dengan baca buku mending pas waktu senggang aja. Sama kalau sempat nyari celana, baru nyadar saya udah lama gak shopping baju, bosen juga makai yang gitu2 aja, yang ini juga gagal, karna gak nemu yang cocok, terutama harganya hahaha yaiyalah ada harga ada mutu kali ahh..

Nah, setelah ritual Minggu pagi (doraemon & sinchan) saya kelar, pas mau ancang2 mandi ee turun hujan, baguus ntar aja lah agak siangan, ngenet dulu kayaknya lumayan nih update blog sama pesbuk, untunglah beberapa orang "gila" lagi online, saya gak tahan ngakak sendiri di depan laptop, si mama udah khawatir liat anaknya jangan2 bentar lagi menggigit nih hahaha.

Keenakan ngenet udah siang aja, tapi diluar cuaca masih malu2 kucing bentar ujan bentar reda, tapi masih mendung gelap. Kebetulan udah zuhur ya udah harus mandi, kali aja abis Zuhur hujannya reda trus bisa jalan. Selesai shalat ternyata masih ujan gerimis dalam hati saya ini kayaknya bakalan lama nih jadinya saya balik lagi nyalain laptop blogwalking nyari2 inspirasi. Saya online di ruang tamu, di ruang tengah saya liat Nia (adik) sama si mama lagi rencanain sesuatu, pas saya lirik ternyata mereka mau jalan ke kota, berhubung rumah saya lumayan jauh dari pusat kota Bukittinggi jadi kita manggilnya ke kota hehehe. Tiing tiba2 dapat ide, ngajakin mereka ngangkot (pakai angkot) aja biar saya bisa ikutan, moment yang sangat jarang nih bisa jalan sama si sama, kapan lagi.

Baiklah disetujui, saya langsung bergerak dan kita berangkat. Nyampe di kota sebenarnya tujuan utama mereka cuma nyariin barang titipan si uni (kakak), kebetulan udah ke kota saya nyambi liatin celana di toko sebelah tempat si mama belanja. Keluar dari kamar pas ee mereka udah nyusul kesini juga, ternyata barang yang dicari gak ada, dan celana yang saya cobain juga kurang sreg. Keluar toko kita bingung mau kemana lagi hahaha niat banget ya jalannya ujan2an lo. Si Nia mau beli pensil titipan ponakan, kayaknya kita tujuannya beliin titipan orang aja yah..? ternyata tokonya tutup juga, hahaha misi hari ini gagal.

Dari pada langsung pulang, saya mau ngajakin si mama dulu ahh ngeteh bareng, moment yang amat jarang nih sayang kalo tidak dimanfaatkan, si mama itu susahnya minta ampun kalo mau diajak keluar apalagi kalau cuma untuk ngeteh gini aja, untunglah kali ini beliau mau aja. Saya ajak ke Hau's Tea, restoran franchise yang memakai bangunan tua yang dibikin asik dan nyamanlah, saya pesan di balkon yang ada di lantai 2.

Pas mau mesan makanan si mama seperti yang sudah saya tebak pasti terserah dan ngikut aja, akhirnya saya pilihin aja. Karna lagi hujan teh kayaknya pilihan yang paling pas, lagian kan namanya Hau's Tea harusnya Tea adalah menu jagoannya, jadinya saya minta teh poci yang disajikan dengan satu teh dalam teko, daun tehnya sengaja tidak disaring dengan potongan agak kasar, dan dikasih 3 loki kecil dan satu gelas cair untuk pemanis. Lucu pas liat si mama minum, anggun serasa liat wanita jepang lagi upacara chanoyu halah lebay hehehe, asiik ternyata si mama suka katanya "harum aroma tehnyo, kalau saisuak iko bantuak aia kawa" (harum aroma tehnya, kalau dulu ini seperti minuman kawa, yaitu daun kopi yang dikeringkan lalu diseduh dengan air mendidih dengan menggunakan gelas yang terbuat dari tempurung), saya jadi penasaran nyobain aia kawa.
si mama lagi Chanoyu hehehe




Untuk makanannya berhubung sore nanggung makan makanan berat saya pilihin cakwe dengan dua rasa yang original sama yang BBQ, untuk yang ini kita sepakat yang original lebih maknyus dengan sambalnya. Si Nia milih makanan western, spaghetti pake ikan tuna, ya gitu lah rasanya.


Saya kepikiran si Uni, pasti dia sewot kalau tau kita lagi ngumpul disini, soalnya dia udah dari dulu ngajak kesana sampai sekarang masih belum kesampaian. Tiba2 saya dapat ide untuk poto trus kirimin buat manas2in hahaha. Sebenarnya saya pengen kalau dia juga ada disana, pasti akan lebih lengkap. Tapi inipun udah cukup membuat weekend saya kali ini ditutup dengan perasaan sangat bahagia, meskipun rencana yang lain gagal, tapi ini sungguh indah.
3 beranak :D

Pulangnya kita jalan kaki menuju terminal angkot, di perjalanan ketemu sama teman kuliah saya, diledekin sih jalan sama mama tapi saya cuek aja dan malah bangga hehehe. Hampir nyampe di angkot baru ingat si papa di rumah ntar kalau gak dibawain makanan kasian, yaudah kita mampir dulu beli roti buat di rumah, trus ngangkot pulang. Dari gerbang sampe ke rumah saya itu sekitar 200 meter, menjelang rumah emak2 pada seru nanyain "hoi kama ko batigo baranak malala..?" (hey kemana nih 3 beranak jalan2..?) hahaha kita sambil senyum sumringah aja berlalu..
praise Allah who has given a wonderful weekend..

Jumat, 18 Maret 2011

Jalan-jalan Jalan eps Colmar Tropicale dan Kembali Pulang

Rasanya baru mejamkan mata tiba2 udah dengar bunyi krasak krusuk, ternyata Haris udah selesai aja mandi, liat keluar juga matahari udah terang banget. Saya benar2 menderita semalaman gak bisa tidur gara2 bunyi music dari cafe2 tetangga yang minta di bom. Udah terlanjur bangun ya udah mandi shalat, kali ini arah kiblatnya bener karna dikasih tau sama penginapannya, sukurlah gak make perasaan lagi.

Selesai beres2, bawa peralatan seperlunya kita langsung meluncur menuju Berjaya Time Square sesuai petunjuk yang kita baca untuk mendapatkan bus menuju tujuan kita untuk hari ini. Udah nyampe di depan mall nya berjaya time square kita malah bingung gak nemu tanda2 ada tempat pemberhentian bus, nanya pak pulisi dia juga bingung gak tau dimana. Celingak-celinguk akhirnya keliatan seperti sebuah pos dan ada tulisan nama2 kota, mencurigakan trus kita tanya deh, bener itu pos pembelian tiket bus tapi buat ke Singapore dan Kedah. Kita tanya tujuan yang kita mau tuju malah diarahin ke Bukit Jalil, berhubung Pudu Raya (terminal Bus sebelumnya) direnovasi jadi untuk sementara direlokasi ke Bukit Jalil, tapi saya dalam hati gak yakin disana.

Ya udah akhirnya nyari lagi, muter2, nanya2 ketemulah salah seorang karyawan Berjaya Hotel, dialah yang ngasih tau kita untuk lapor ke counter kecil dekat reception, fhuuh, akhirnya. Tapi ternyata masalah belum kelar, kita belum punya tiket dan disuruh beli di counternya yang ada di lantai 8. Waktu tinggal 45 menit lagi, dan kita langsung ngacir menuju lantai 8 melalui mall bukan hotelnya dan waktu itu mall nya masih belum beroperasi otomatis lift dan escalator juga masih belom jalan, hmm.. ambil nafas dulu.. yaak.. mari balapan menuju lantai 8, huuh haah huuh haah.. Pagi2 belom sarapan, kurang tidur plus teh jepang less sugar yang pait, lengkap sudah semua itu membuat saya mual, pusing, berasa mau jekpot. Haris masih semangat akhirnya dia duluan lari sampe lantai 8, semangaaat..

Bencana lagi pas nyampe di lantai 8, kita malah gak nemu dimana counternya, muter2 semua toko masih pada tutup gak ada yang buka. Saya pasrah, tanya Haris dia masih terus berusaha nyari, akhirnya kita susuri dari lantai 8 menuju kembali ke Berjaya Hotel tadi, hasilnya nihil. Kita udah telat, bus pertama baru saja jalan, kecewa plus sakit hati juga karna petunjuk yang gak jelas gini. Haris masih belom berenti berjuang, dia nanyain ke pak cik yang ngasih petunjuk nyuruh beli ke lantai 8 tadi, saya udah gak tahan dengan perut akhirnya jekpot di sudut hotel, untungnya gak parah karna perut belum ada isinya pagi itu. Haris nanya saya gimana selanjutnya apa kita masih tetap ke Colmar Tropicale atau nggak soalnya bus berikutnya jam 1. Saya yang udah menderita dengan perut dari tadi jawabnya terserah aja walau sebenarnya penasaran pengen tetap kesana. Untunglah Haris juga masih penasaran, akhirnya diputuskan kita ambil bus yang jam 1 saja.

Menunggu jam 1 kita balik dulu ke penginapan, tapi sebelumnya nyari sarapan dulu, pilihannya kembali ke restoran mamak. Karna ngiler liat makanan Haris sebelumnya sayapun memilih menu yang agak2 mirip yaitu maggy, tapi lagi2 gak sesuai bayangan, enakan indomi kita disini, Haris milih roti canae karna ngiler liat makanan saya sebelumnya, hahaha rumput tetangga memang kelihatan lebih hijau ya..

Selesai makan kita balik ke kamar, saya berusaha nyambung tidur, tapi gagal lagi, rasanya baru sebentar rebahan udah jam 12 aja. Takut telat lagi kita segera meluncur lagi ke Berjaya Hotel. Nyampe disana wajah kita udah dikenali mereka dan langsung diarahkan ke pak cik supirnya, dan lagi2 karna belum punya tiket kita disuruh kembali ke lantai 8 sialan itu untuk beli tiketnya. Yaudah terpaksa deh balik lagi, dan sukurnya kali ini lift dan escalatornya udah jalan, jadi gak perlu olah raga naik tangga. Nyampe lantai 8 keadaan gak jauh berbeda dengan pagi tadi, kita gak nemu counter yang dimaksud, udah muter2 dan nanya2 juga. Akhirnya saya ngajak Haris balik lagi aja ke bawah dan ngasih tau ke petugasnya kalau kita gak nemu dan berharap dibantu sama mereka. Buru2 ke bawah takut telat lagi dan langsung lapor, pak kita gak nemu lagi bla bla bla.. akhirnya si pak cik tadi nelpon si counter, gak tau gimana jadinya, akhirnya kita dibawa aja dulu masuk bus bersama 4 penumpang cewek dan tancap menuju Colmar Tropicale yang ada di Bukit Tinggi, Pahang.
cabin bus menuju Colmar Tropicale

Busnya ada 3 baris bangku, baris pertama 2 orang cewek ngomong pake bahasa cina, baris kedua 2 orang cewek yang satu chinese satu lagi india ngomong pake english, baris ketiga baru kita, ngomongin orang di depan pake bahasa minang biar aman hahaha. Setelah keluar dari pemandangan kota, saya mulai dapat suasana untuk tidur, lumayan dapat beberapa menit menjelang Bukit Tinggi. Keluar dari tol memasuki perbukitan jalannya mulai menanjak dan berkelok tajam, berasa perjalanan di Silaiang Padang Panjang. Saya udah gak bisa tidur lagi, selain jalannya begitu juga pemandangannya cukup bagus untuk dinikmati.


Makin lama jalannya makin menanjak, lalu tiba keliatan padang rumbut yang rapi yang ternyata komplek golf nya Colmar Tropicale, baiklah itu artinya sudah dekat, saya sudah melihat beberapa petunjuk mengarah ke tujuan uatama kita. Di tikungan terakhir tiba2 kelihatanlah bangunan seperti benteng, saya langsung senang bukan kepalang, waaah ini lah dia yang kemaren saya lihat di Internet, bener2 gak sabar untuk segera turun dan lari2 halah.

Selesai merapikan parkir mobil, pak cik supir memberikan arahan kepada 4 penumpang cewe di depan kita, sementara kita diajak ikut beliau untuk menyelesaikan permasalahan tiket kami. Selesai bayar2 dan menerima instruksi mengenai tempat yang bisa dikunjungi dan waktu berkumpul lagi untuk pulang. Saya udah gak sabaran membidikan kamera saya, rasanya kemanapun mengarahkan camera semuanya bagus kyaaaa.. Berhubung karna saya berdua jadilah Haris saya jadikan korban buat dijadikan modelnya. Kita bingung mau kemana duluan, rencananya mau nyari makan dulu, ya udah jalan aja sambil nikmatin keindahan replika kampung Colmar Perancis yang ada di Bukit Tinggi, Pahang ini. Naluri narsis saya memuncak tapi tak tersalurkan, saya gak tega memaksa Haris hahaha..
welcome in Colmar Tropicale
gerbang Colmar Tropicale
the colmar tropicale

persis sama dengan yang di brosur, gak rugi

Kita beruntung bekunjung hari Sabtu karna ada performance Russian Dancer, wuidiiih pemandangan segar, para penari yang cantik nan bohay2, DP sama Jupe mah lewaat.. :D, padahal rencananya mau nyari makan, tapi udah kenyang aja sama pemandangan di depan mata. Selesai pertunjukan bubar semua kembali menikmati bentuk bangunan yang cantik dan unik, tidak lama berselang lalu tiba2 ada pengumuman lagi kalau ada atraksi kedua, baiklah orang2 ngumpul lagi di depan stage menikmati para dancer nan seksi dan bohay.
Bally Dance Performance
Russian Dancer Performance

Kenyang dengan pertunjukan kali ini kita benar keluar dari situ untuk menuju ke Japanese Village, rencananya mau nyari makan disitu aja karna kita kurang berselera melihat menu2 yang ada di Colmar yang western. Shuttle bus menuju tiap tujuan yang ada di Colmar tropicale berjalan sekali 30 menit. Berhubung kita waktu itu cuma one day trip, jadi harus maksimalin waktu yang ada, meskipun belom puas nikmati replika perkampungan Colmar, kita musti ke Japanese Village takut gak keburu. Ntar sambil nunggu jam pulang bisa nikmatin Colmar lagi.

Nyampe di perhentian bus Japanese Village, cek tiket oleh petugas trus kita diarahin ke jalan yang sangat menanjak, jalan kaki tentunya. huuh haah huuh haah lagi, berasa hiking ke pegunungan karna kiri kanan hutan tropis dengan udara sejuk. Setelah berjalan sekitar 1 kilometer, ketemulah dengan tanda bertuliskan huruf jepang dan english yang memberi isyarat kalau ke sebelah kanan itu ke japanese restorant, sedangkan ke sebelah kanan menuju japanese tea house. Karna kita kelaparan ya udah kita mampir ke restorannya dulu. Jujur untuk menu makanannya saya benar2 gak tau sama sekali kecuali egg dan taufu, selebihnya ngawur, Haris pesan egg apa gitu lupa namanya, saya juga ikutan, biasanya pilihan Haris selalu enak hehe. Minumnya dengan mantap saya memilih green tea, udah kebayang dari Indonesia nih mau nyobain minuman yang ini. Kita memilih duduk di teras, menunggu makanan datang kita menikmati suasananya yang nyamaaan banget, udara sejuk dengan taman yang tertata rapi khas jepang juga bangunan yang persis seperti bangunan khas jepang, rasanya tiap detik sangat indah ditambah dengan backsound dari dalam resto yang menambah dramatis. Haris malah pengen suatu saat balik kesana lagi bersama orang2 yang dia cintai.
Japanese Village


Ryo Zan Tei Restorant

Makanan akhirnya datang, waktu pertama lihat saya agak kaget tidak seperti yang dibayangin. Setelah dicoba rasanya cukup enak dan saya berpendapat kalau di kampung saya mungkin ini mirip dengan "cangkuak talua" yaitu telur yang dikocok dan di mix dengan air nasi mendidih lalu dikukus diatas nasi tersebut. Saya sangat suka dengan Jepang, masyarakatnya, budayanya,selalu memberikan inspirasi.

Tersadar waktu semakin mepet kita lanjut lagi ke Japanese tea house, mendaki bukit lagi, melewati sungai dengan taman, batu, ikan koi yang sangat persis seperti di jepang, keren, kalau udah begini pastinya poto2 dulu hehehe. Ketemu bangunan pertama agak sedikit mengecewakan, karna lebih mirip gubuk aja dari luar, serta bagian bawah rumah yang dekat dengan tanah udah sedikit berjamur, mungkin karna kenyataanya memang terletak di daerah tropis. Tapi pas liat interior di dalamnya saya senang, betul2 di setting seperti rumah tradisional jepang. Waktu itu ada pengunjung yang lagi ngikutin upacara minum teh, setelah keluar ternyata si cewek yang se bus dengan kita tadi, udah lengkap dengan baju kimononya, sayang orangnya gak tertarik untuk dekat sama kita, jadi gak bisa ngajak poto.

Sebenarnya saya juga pengen nyobain pake kimono meskipun harus bayar lagi, tapi sayang waktunya udah habis, yaudah untung waktu itu ketemu turis lain yang lagi pake kimono yang ramah dan mau saya jadikan korban kenarsisan saya hehehe. Puas menikmati dan berbodoh-bodoh di Japanese Village kita balik lagi ke Colmar, takut ntar telat ketinggalan bus kan gak lucu. Saya benar2 bahagia turun menuju ke Shuttle bus tak henti2 senyum sumringah, benar2 seperti yang ada dalam bayangan saya waktu dapat informasi tempat ini dari teman sebelum berangkat kemaren, ditambah lagi bisa pergi berpetualang bersama Haris, sebenarnya pengen ada Rika juga. Waktu shuttle bus mau berangkat ada keluarga bule di belakang saya yang ketemu sama keluarga lainnya sepertinya mereka masih saudara atau berteman dan pergi liburan bersama, dan mereka heboh2an, saya jadi terpikir pengen liburan bersama sahabat2 dengan keluarga kecil kita masing2, membiarkan anak2 lari2 dengan bebas, waah menghayal dan mudah2an beneran terwujud, aamiiin..




Kembali lagi di colmar shuttle bus, kita menikmati sisa2 waktu yang ada dengan duduk merumput di sudut gerbang, merhatiin orang2, anak2 yang dibiarkan berlarian sama orang tuanya, sungguh indah serasa berada di buku cerita dongeng. Kita benar2 gak menyesal bisa kesini, dan sangat merekomendasikan, karna nggak terlalu banyak orang yang tau dengan tempat ini jika dibandingkan dengan genting highland, juga tidak begitu banyak turis, jadi kita lebih bisa menikmati.

formasi lengkap impian saya

Kembali pulang ke KL, ada tiga orang cowok chinese di depan kami tiba rusuh saat kita sedang tertidur nanyain kantong, kirain buat apa ternyata temannya mabok mau jekpot, buseeet, baru segitu aja, gimana ntar kalo saya membawa mereka ke kelok 44 Maninjau yah..? Untung akhirnya pak cik supir baik hati dan berhenti di pinggir jalan sehingga si chinese jekpot di luar. Disini juga apes saya, pas turun dari bus kecelemete alias kacamata saya kececer :(, nyadarnya pas udah jauh saat kita muter2 di mall.

Setelah ketemu beberapa item yang kita niat nyari di KL, lanjut kita balik ke penginapan dulu narok barang2 trus keluar lagi, nikmatin malam terakhir sebelum pulang ke Indonesia besok subuhnya. Muter2 gak jelas akhirnya kita balik lagi aja ke penginapan, waktu itu udah jam 12 malam waktu Malaysia, pengunjung cafe2 disekitar penginapan makin rame dan heboh, pengunjungnya juga keliatan dari orang2 yang berkelas, para wanita mengenakan gaun malam nan menggoda, tapi saya sungguh gak nyaman saat melewati area tersebut, gak tau kepuasan apa yang mereka cari disana. Sampai di penginapan lagi, nanggung mau tidur si haris milih ngenet aja sampe kita berangkat menuju bandara pukul 3:30 dini hari, saya berusaha memejamkan mata meskipun tetap gak bisa tidur.

Waktu kita mau pamit, receptionistnya udah siap mau tidur, dia seorang Malaysian yang ramah, heran liat kita check out jam segitu. Selesai bayar tagihan dan pamit, kita keluar mau nyari taxi menuju KL sentral untuk dapatin bus menuju LCCT. di luar sepertinya pseta baru saja usai, orang2 sibuk kesana kemari dengan berbagai ekspresi, saya sempat melihat ada yang mabok, sibuk nyari2 temannya, ada yang udah gak tahan ngajak teman barunya untuk kencan lanjutan. Tiba2 si Haris udah nyetop taxi, dan saya liat supirnya Indian, agak males sih, dan pas nanya tarif santai aja dia bilang RM 50, buset, makin ilfil saya. dibelakangnya ada taxi lagi yang berhenti dan hari minta saya untuk nawar tarifnya, supirnya seorang chinese, dan deal di harga RM 15 saja, cukup murah untuk jam malam saat itu. Di dalam taxi dia sempat kesal juga setelah kita ceritakan tentang taxi yang sebelumnya.

Sampai di KL sentral kita telat selangkah, baru saja bus berangkat, terpaksa nungguin bus berikutnya. Kebetulan saat booking tiket saya sudah beli tiket untuk Sky Bus Kl sentral-LCCT untuk 4 orang, berhubung kakak saya gak jadi pergi saya alihkan aja ke Haris ternyata diterima, sukurlah, lumayan ngirit. Turun bus kita langsung check in dulu, setelah itu baru keluar ke food court nyari minum. Pesawat Haris duluan take off 30 menit dari pesawat saya. Sedeey mikirin petualangan harus berakhir, saya ngabisin waktu dengan online saja nikmatin layanan wifi LCCT gratis selama 2 jam. Di ruang tunggu sudah tercium aura kampung, berisik khas Minang dengan mudah saya tangkap.
kabin airasia

Masuk pesawat sempat2nya digodain sama pramugari pesawat, saya jadi senyum2 aja, aseek dapat bonus lagi hehehe.

Nyampe di Padang selesai urusan Imigrasi, saat ribet isi form custom jinjingan saya yang merupakan titipan Haris buat keluarganya di rumah ketinggalan, saya baru sadar setelah mau naik bus menuju Bukittinggi. Tersadar gitu saya langsung panik trus nyari taxi aja menuju bandara lagi, minta si supir sebalap mungkin. Di jalan saya sangat cemas, khawatir dengan ketidakpercayaan saya terhadap petugas di negeri saya sendiri yang kadang sering memanfaatkan, dan juga membayangkan gimanantar saya ngejelasin ke Haris kalau titipannya hilang, arrrgghh saya stress. Lari2 menuju bagian informasi bandara karna saya liat bagian custom sudah tutup, dan saya diarahkan untuk nanya ke kantor airline yang saya naiki tadi, letaknya di ujung, lari2 lagi, nanya petugasnya dicari2 gak ada, trus ada petugas lain yang tiba2 bilang ciri2 barang jinjingan saya tapi katanya tadi ada petugas custom yang ngaku kalau itu punya dia, saya makin panik, jangan sampai apa yang saya takutkan beneran kejadian. Sipetugas tadi juga tidak senang dengan perlakuan si oknum tadi, akhirnya dia ngater saya menemui si oknum, dan tanpa banyak perjuangan akhirnya jinjingan saya diberikan, fhuuuuh.. lega, tapi saya diingatin lagi sama petugas airline untuk ngecek dulu isinya masih lengkap nggak..? yaudah saya cek lagi, udah lengkap, akhirnya saya pamit makasih sama petugas airline yang udah bantuin.

Pulang ke Bukittinggi benar2 cuapek, di bus saya tepar. Nyampe di rumah Haris ngasih titipan saya lega, berasa banget beratnya amanah. Pulang ke rumah dapat bingkisan lagi dari mama Haris, saya jadi ketawa sendiri pulang dari Malaysia tapi bawa oleh2 sanjai hehehe..

Demikianlah Jalan-jalan yang beneran jalan bersama Haris, cuapek poll, tapi poll juga pengalaman dan makna perjalanan yang saya dapatkan. Mari semangat ngumpulin duit buat jalan2 lagi.. hehehe..

Rabu, 09 Maret 2011

Jalan-jalan Jalan eps Kuala Lumpur

Nyambung dari cerita sebelumnya
Dari dalam train kita lihat di luar sudah banyak gedung2 tinggi dan mall2, kami rasa Kuala Lumpur udah dekat, liat di peta jalur train tinggal 2 station lagi. Kecapean udah membuat kita makin menggila, ngelantur gak karuan hehehe. Pas nyampe di KL Sentral toko2nya udah tutup, baru nyadar kalau waktu itu udah jam 10 malam. Kita langsung melangkah ke station monorail aja untuk menuju Bukit Bintang lokasi rencana kita mencari penginapan.

Saya menikmati sekali waktu di atas monorail malam itu, rasanya terasa indah aja, gak terlalu ramai, dan banyak lampu2, saya sangat suka lihat lampu2. Saya lihat Haris kayaknya juga menikmati apa yang dia rasakan dengan pengalaman barunya di KL. Nyampe di station Bukit Bintang dia celingak celinguk liat keadaan sekitar, dan minta di poto (jarang2 si Haris minta poto), tapi saya malah gak ngasih, bilang nanti aja, kita buru cari penginapan dulu, hehe maap keun.

Akhirnya yaudah muter2in Bukit Bintang deh beberapa putaran sampe akhirnya nemu satu penginapan kelas backpacker yang lumayan bagus tampak luarnya. Pas kita masuk ke dalam ternyata agak mengecewakan karna kamar yang kita tempati listriknya bermasalah, jadi terpaksa pindah ke kamar dorm 4 bed tapi isinya cuma kita aja. Kekecewaan bertambah lagi pas mau mandi, pintu kamar mandinya rusak gak bisa dikunci hufft, ya sudahlah nikmati aja untuk malam ini, paling tidak kita sudah punya tempat untuk beristirahat. Abis mandi saya langsung tepar, si Haris saya lihat masih sempat2nya main PSP. Udah capek tingkat tinggi, biasanya saya malah susah tidur atau nggak ngigau2 kalau udah terlalu capek begini.

Paginya saya kebangun karna denger bunyi krasak krusuk gak taunya si Haris yang udah bangun duluan, saya berhasil tidur kebo gak tau diri semalam. Mandi, trus Shalat subuh yang udah gak subuh lagi dengan menghadap kiblat sesuai instinct aja. Tidak ada sarapan pagi jadi terpaksa nyari keluar, pilihannya ke restoran mamak (sebutan orang india muslim di Malaysia) yang ada di perempatan dekat penginapan. Saya jadi teringat kenangan bersama Rika, Thaend, dan Pae di petualangan seru saya sebelumnya ke KL.

Gak tau kenapa kayaknya dipetualangan kali ini, saya bermasalah dengan makanan, pilihan makanan saya sering gak sesuai expectasi, dan rumput tetangga terlihat lebih hijau (dibaca: menjarah makanan si Haris). Selesai makan kita kembali ke penginapan untuk mengambil barang dan sekalian check out. Meskipun kita masih akan stay di KL tapi pengen nyari penginapan yang lain aja. Jadilah kemana2 kita harus menenteng si backpack.
Bukit Bintang

Tujuan pertama hari ini adalah perempatan Bukit Bintang untuk dapatin peta. Saya melihat Haris bener2 nikmatin jadinya saya juga ikut merhatiin orang2 sekitar. Ada seorang bapak dengan anak perempuannya sekitar umur 5 tahun yang lagi sibuk dengan camcordernya membidik semua yang menarik dimata si anak kecil itu dan si bapaknya mengamati dari belakang, keren aja memerhatikan mereka. Setelah dapat peta di Tourism Box, kita lanjut ke KLCC atau petronas atau twin towers iconnya Kuala Lumpur bahkan malaysia. Itulah satu2nya yang pengen dikunjungi Haris. Awalnya saya gak begitu semangat explore KL karna pasti gitu2 aja, tapi supaya gak bosan kali ini saya ajak Haris untuk jalan kaki dari Bukit Bintang ke KLCC. Berbekal peta berbodoh2lah kita sepanjang jalan, poto2 cekakak-cekikik gak jelas.
Selalu gak tahan kalau liat poto yang ini, jadi pengen berpetualang lagi.
Entah apa maksudnya Haris pengen dipoto dengan background ini?
 
this is it..
ke KLCC via Macau hehe..
melewati Honolulu juga hehehe..

Haris sepertinya udah gak sabar ketemu sama si kembar, pas nyampe di TKP langsung hajar bleeh poto2. Kalo saya lebih suka memerhatiin turis lain, maklum jarang2 lihat bule2 cantik, apalagi yang turis timur tengah, facenya enak diliat berjilbab pulak, hmm.. Lanjut saya langsung menuju hotspot untuk moto si kembar. Disini kembali saya teringat petualangan seru sebelumnya, bedanya waktu itu saya make camera DSLR Nikon pinjaman kalo sekarang pake Canon, dan lagi2 minta tolong sama pasangan jepang untuk motoin formasi lengkap. Rasanya dejavu dulu saya juga minta tolong di tempat yang sama dan ke pasangan jepang juga, dan kalo diliat kayaknya mereka sama2 lagi honey moon juga. Lama saya perhatikan si japanesse tadi sampe dia hilang, seru aja ngeliatnya, saya sangat suka dengan senyum orang jepang.
pasangan jepang
the icon
formasi lengkap

Dari hotspot pertama yang ada di bagian depan si kembar sekarang kita masuk ke bagian dalam, disana ada mall dengan brand ternama dunia bertebaran disini, lagi2 ingat bagian "it's about book not Prada" nya si Rika waktu itu. Sebelum lanjut ke bagian belakang kita mampir ke food court, bener2 dehidrasi saya pilih minuman honey lemon plus roti bakar keju, si aris dengan minuman favoritnya kopi atau nescafe. Hmm.. udah lumayan segar sekarang kita turun lagi dan lanjut main ke bagian belakang si kembar, lagi2 nyobain air kran siap minum, anehnya kok para bule2 itu juga penasaran nyobain yah?
honey lemon, roti bakar, nescafe ice
Air kran siap minum

Sambil jalan sambil nikmati suasana asri padahal di tengah2 kota, burung dengan nyamannya tinggal disana tanpa merasa terusik. Kami tanpa sengaja ngebandingin lagi sama negara tercinta kami, maju juga nggak, menjaga alam juga nggak, hmm..

Lagi jalan tiba2 nyadar kalau udah jam 1 waktu disana, hari itu jumat dan kita rencananya mau jumatan di mesjid jameek Kuala Lumpur yang terkenal dengan bangunannya yang udah tua dan artistik, tapi menurut perkiraan kita waktunya udah gak keburu, takut telat ntar nyampe disana. Akhirnya diputuskan untuk shalat jumat di mesjid yang ada di komplek KLCC aja. Yaudah langsung tancap ke mesjid. Waktu kami sampai, jamaah masih belum begitu ramai, kami masih bebas milih tempat duduk paling nyaman. Saya yang pake celana pendek waktu itu harus ribet dulu dengan sarung, selesai wudhu saya kehilangan Haris, gak nemu dia duduk dimana, pas celingak celinguk ternyata paling pinggir, untung aja belom sempat disorakain pake toa mesjid, hehehe.
Mesjid KLCC

Yup udah dapat PW (posisi wuenak), berhubung waktu shalat belum masuk, kita masih boleh ngobrol (bukannya dzikir malah ngobrol yak??) para jamaah yang shalat disini, banyak bule2, kalau diliat dari analisa sotoy saya kebanyakan memang bule timur tengah tapi ada juga bule eropa yang shalat disana. Saya mulai takjub, Islam memang agama untuk seluruh ummat. Dengan cukture mereka masing tapi dengan tujuan yang sama. Ada seorang bule eropa sepertinya saya lihat, dia pakai sapu tangannya untuk diikatkan di kepala, awalnya saya heran trus berkesimpulan, ooh mungkin itu sebagai pengganti peci supaya rambutnya tidak jatuh pada saat sujud, baiklah.

Beberapa saat kemudian terdengarlah panggilan untuk seorang bapak untuk memberikan ceramah, awalnya saya kira itu ceramah jumat, agak aneh juga kok nggak diawali adzan dulu, durasinya lama pula, setengah jam lebih, untung aja isi ceramahnya lumayan menarik dan dibubuhi unsur humor jadi nggak bikin ngantuk setidaknya bagi saya, pas liat haris kayaknya udah tertunduk, mata tertutup tanpa ekspresi (kata pengganti kalo gak mau dibilang kelihatan tidur hehe peace ris..). Pengunjungpun makin lama makin ramai, makin beragam, rasanya mewakili dari etnis seluruh dunia, hampir memenuhi semua ruangan mesjid hingga ke bagian tangga, Bahkan beberapa jamaah yang terlambat dan gak dapat tempat terpaksa shalat di rumput pekarangan mesjid.

Memasuki Khotbah jumat, saya sangat surprise ternyata menggunakan English, wah wah pengalaman pertama saya nih dalam hati. Saya merinding dan dengan seksama mendengarkan khobah jumatnya, ini selain memang harus begitu juga karna englsih saya yang hanya pas2an. Udah didengerin baek2 aja masih susah ngerti apalagi kalau gak didengerin baik2 hehe. Tema khotbahnya waktu itu Maulidur Rasul Muhammad SAW, dan makin merinding waktu dengar Islam rahmatan lil'alamin di tengah2 warga dari seluruh dunia begini. Baru merasakan Islam lebih universal, saya sangat bersyukur dengan pengalaman berharga ini, rasanya tak akan pernah bisa saya lupakan.

Selesai shalat kita terperangah dulu, masih terpana dengan apa yang telah dialami, si Haris bilang ke saya "ternyata dimana2 setiap orang mendoakan umat islam diseluruh dunia yah..??". Setelah agak sepi saya minta poto sama Haris dengan background interior mesjid, haha mulai lagi penyakitnya.
terperangah selesai jumat

Dari mesjid kita nyari makan dulu, balik lagi ke food court, lagi2 saya gambling dengan makanan, dan lagi2 dapat yang kurang enak trus menjarah hahaha. Selesai makan kita rencananya lanjut ke mesjid Jamek sekalian ke Samad Building dan Dataran Merdeka. Saya dengan sotoynya menuju ke MRT ngikutin orang banyak, gak taunya itu jalan ke tempat parkir mobil, gebleek. balik lagi ke atas trus nanya deh jalan mana yang bener hehehe.
menu makan siang

Keluar station ternyata hujan, lari2an sampe nyebrang jalan menuju gerbang mesjid. Berhubung hujan juga kita jadi buru2 masuk pekarangan mesjid biar bisa sekalian berteduh jadi gak sempat baca papan pengumuman yang ditempel di pintung gerbang. Tiba2 saya disorakin kayak maling ayam sama si penjaga mesjid karna waktu itu saya pake celana pendek, diusir keluar, untunglah masih bisa membela diri, "saya punya sarung dan hujan jadi saya buru2" dan disuruh pakai dulu sama si penjaga baru boleh masuk ke dalam, langsung ambil wudhu dan shalat ashar berjamaah, aseeek, terbayarkan perjuangan. Selesai shalat baru saya cari Haris, pas disorakin dia main ngacir aja, gak mau ikutan malu hahaha. Lagi celingak celinguk nyariin Haris saya sempat jepret2 meskipun cuma pake HP  ngambil gambar interior mesjidnya, itupun diam2 takut disorakin lagi ntar hehe.
Mesjid Jamek Kuala Lumpur
dilarang masuk bagi yang tidak menutup aurat.
no comment

Keluar mesjid saya senyum2 mesem ngebayangin kejadian barusan, untung gak kenal siapa2 juga. Dari sini kita lanjut ke Samad Building yang ada di balik bangunan Mesjid, secara fisik saya lihat bentuk bangunannya sama mungkin ini didirikan pada masa pemerintahan yang sama juga. Setelah itu lanjut berbodoh2 di Dataran Merdeka, tidur2ran kayak gembel gak jelas disini.
kami sebut ini bus jurusan Darmasraya-Dumai (nama kota yang ada di SumBar dan RIAU) hahaha..
Dataran Merdeka
Samad Building

Setelah itu lanjut lagi jalan muter, tujuannya Mesjid Nasional, kalau saya perkirakan dengan pengalaman jalan kaki dari pasar seni ke Mesjid Jamek saat petualangan seru sebelumnya, harusnya kita jalan balik lagi ke arah Mesjid Jamek, tapi peta berkata lain, disana terlihat jalan lain sepertinya lebih dekat. Saya juga jadi penasaran dan akhirnya ngikut apa kata peta. Sampe Mesjid Nasional aman, tapi dari sana menuju pasar seni pusing gak tau lewat mana. Sempat muter2 dulu trus nanya2, ternyata ada jalan pintas melintasin station Pasar Seni, lumayan jauh juga jalan kaki hingga akhirnya ketemu sama Pasar Seni.
Mesjid Nasional
Station Pasar Seni

Disini saya mencar dengan Haris karna saya mau nyari satu barang, dan Haris mau lihat2 dulu. Sampai di TKP ternyata barang yang saya cari gak ada dan tiba2 perut saya berulah, mual serasa mau muntah, jadinya saya menuju keluar bangunan takut jekpot di dalam, kan gak lucu ntar. Saya duduk aja di batu dekat parkiran sambil merhatiin ke arah dalam kali aja si Haris lewat, terpaksa gitu SMS udah gak bisa. Lumayan agak lama barulah Haris muncul, dan saya langsung tarik trus ngajak ke tujuan berikutnya aja atau bahkan nyari penginapan aja langsung. Jalan, jalan, akhirnya nyampe juga di Petaling Street, tempat banyak jual barang2 bermerk tapi tiruan. Cuma lewat aja kita disini, trus lanjut menuju Pudu Raya yang sekarang lagi di renovasi. Disini saya minta Haris duduk dulu sebentar, udah gak tahan dengan perut saya yang berasa mau muntah. Rencananya kita mau naik bas (bus) aja ke Bukit Bintang, tapi ternyata ribet juga, yaudah jalan kaki aja.

Saya tanpa ngomong ngajak Haris ngelewatin jalan pintas dari Pudu ke Bukit Bintang, dia ragu malah liat peta dulu, saya sebenarnya mau ketawa tapi udah gak kuat, mana ada jalan pintas gini di peta? hehehe (sekarang aja ketawanya). Tantangan baru dimulai lagi yaitu nyari penginapan, susah2 gampang ternyata nyari penginapan. Gak nemu penginapan baru yang lebih oke akhirnya saya bawa ke penginapan tempat dulu saya menginap.

Oya sebelum tidur kita keluar lagi nyari makan sama menikmati suasana malam di Bukit Bintang, karna kan malam sebelumnya saya gak jadi motoin Haris. Ternyata waktu itu lagi ada street performance, anak2 percussion lagi unjuk gigi, lumayan dapat hiburan gratis, seru2an bareng bule2 lainnya. Disana juga masih sempat saya lihat manusia patung yang masih saja eksis, trus ada lagi seorang wanita yang yang mengalami cacat pada kakinya tapi tetap berusaha untuk berkarya masih juga eksis disana dengan tulisan PHOTO yang dipalang di depannya. Masih sama suasananya dengan kunjungan saya sebelumnya, hanya saja sekarang kayaknya agak lebih sepi, mungkin sebelumnya saya berkunjung pada saat lagi ada pertandingan Formula 1. Kembali ke penginapan dengan beberapa bekal makanan, salah satunya teh jepang yang setelah saya perhatikan gak ada tulisan halal nya tapi tetap pengen beli, setelah diminum ternyata paiiit wuek..
percussion street performance Bukit Bintang

Syukurlah ternyata si Haris malah lebih ngerasa nyaman di penginapan yang ini, kita juga dikasih harga khusus. Kalau sebelumnya saya dikasih kamar di lantai 4, sekarang di lantai 3. Tapi itulah bencananya buat saya, penginapan tersebut berada dikawasan malam Bukit Bintang, makin malam makin ramai orang2 berpesta dengan dentuman music yang kuenceng, jadinya saya gak bisa tidur :(. Udah kasak kusuk kesana kemari masih juga gak bisa tidur, Iri aja waktu liat si haris dengan nyenyaknya tidur, berasa mau saya gangguin aja, untunglah setan usilnya lagi gak kumat, akhirnya saya ke roof top nikmatin lampu2, gak seru juga sendiri akhirnya saya balik lagi ke kamar maksain tidur.

udah dulu ya.. besok sambung lagi cerita selanjutnya..