Selasa, 19 April 2011

Parabek nan Damai Sejak Dulu

Seperti weekend biasanya saya selalu ngacir pulang kampung ke Bukittinggi, tapi kali ini rasanya agak sedikit berbeda karna saya sambil mempersiapkan rencana untuk bulan depan, bukan traveling lagi tapi ini masalah kerjaan.

Anyway, saya selalu riang gembira ketika meluncur menuju kampung, duduk dalam bis paling pinggir samping jendela yang besar memandangi pemandangan sawah dan danau. Waktu itu juga lagi hujan gerimis, terasa makin nikmat memandangi air yang menari-nari di kaca, ditambah waktu itu ipod saya sedang memainkan lagu2 ber-genre emo,  wuiiih jadilah saya berasa berada didalam sebuah film-film drama gitu (lebay hahaha).

Sebenarnya begitu sampai di rumah saya juga gak punya planning apa2 sih untuk weekend, semangatnya mikirin pulang aja hehe. Ehh tapi weekend ini sahabat saya Haris katanya lagi di Pekan Baru, dan kalau sempat dia akan pulang kampung juga. Baiklah saya makin senang karna ada teman buat keluar.

Ritual yang biasa saya lakukan jalan dengan haris kalau waktunya mepet cuma sehari palingan main ke pasar atas-nya Bukittinggi, hunting beberapa barang, trus makan di H. Minah sama teh pak Hau sambil berbodoh2 dan ngobrolin tentang nikah, gak tau kenapa kalo dengan haris saya sering banget ngomongin tentang nikah. Pas pulang menuju rumah haris tiba2 saya dapat ide untuk shalat maghrib di mesjid Parabek, Parabek adalah madrasah tawalib swasta yang sangat terkenal, lulusannya banyak juga yang melanjutkan ke Univesitas Al Azhar Mesir dan melahirkan orang2 besar lainnya yang sangat berpengaruh.

Parabek ini sebenarnya dekat banget dari tempat kita (rumah Haris dan saya) tapi karna selama ini saya gak terlalu tertarik soalnya disitu isinya anak santri semua, kalo sekarang tertariknya berhubung saya lagi berusaha tobat dan sekaligus mencari wanita muslimah (hahaha ketauan niat aslinya) jadi yah pengen nyobain sensasi shalat di tengah2 para santri.

Setelah pamit sama keluarga Haris kita muter2 dulu, kebetulan waktu shalatnya juga masih lama, sekalian manyilau (dibaca: menikmati pemandangan). Dari luar terlihat mejidnya memang bangunan lama tapi masih bagus dan kelihatan sangat terawat, dari luar kita bisa mengintip interiornya yang sedikit keliahatan mewah melalui pintu masuknya. Setelah 3 kali muter2 baru para santrinya keliatan udah ramai dan kitapun ikutan merapat. Saya mulai merasakan sesuatu, dari sudut penglihatan saya melihat para santri ini memerhatikan kita, ketahuan banget kalau kita memang orang asing disini. Semua pada pakai baju muslim dan sarung sementara kita t-shirt + jeans + jaket.

Memasuki mesjid saya sangat merasakan sensasi yang keren, saya langsung penasaran dengan sosok Syekh Ibrahim Musa yang mendirikan pesantren ini. Interiornya ketahuan banget kalau ini adalah mesjid tua, tetapi sangat terawat, dan aksen2 di dalamnya dipercantik dengan gorden dan pencahayaan yang bagus, yang makin menarik hati, hebaat, saya jadi pengen masuk pesantren.

Menjelang shalat para santri sudah rapi membuat syaf, kalau biasanya saya melihat jamaah duduk berserakan, kalau disini mereka langsung tertib merapatkan dan merapikan syafnya. wuiihh.. Imam dipimpin oleh seorang yang berperawakan arab atau india saya lihat, berbaju gamis dalam melebihi mata kakinya. Selesai shalat dzikir dan doa dipimpin oleh santri yang ada di belakang imam, masih kecil, kira2 berumur 11 atau 12 tahun tapi bacaannya bagus, saya meresa kena tampar. Sayup2 saya perhatikan ternyata santri yang lain mengikuti bacaannya, saya menyimpulkan memimpin dzikir dan doa ini merupakan tugas bergilir seperti piket gitu. kalau saya dapat giliran waktu itu mungkin mereka bakal timpukin saya kali yah.

Keluar mesjid saya sempat2in nyuri poto interior mesjidnya, pas nyampe motor ee mati lampu, si Haris yang lagi mainin gadget barunya ngambil inisiatif jadiin senter biar para jamaah gak salah nyariin sendal mereka. (semoga makin berkah tuh gadget baru)

interior mesjid Parabek

Pas lagi (masih) berbodoh2 dengan gadget baru tiba2 imam tadi lewat di depan kita sambil ngucapin assalamualaikum antara ada dan tiada, trus berlalu begitu saja. Yasudah kita juga ngacir deh..