Kamis, 28 Februari 2013

Malaka, Ujian Iman, Kampung Morten

Hidup di Indonesia tepatnya di Minang yang notabene mayoritas Islam membuat saya gampang menemukan mesjid dimana-mana. Apalagi kalau Jumat, biasanya jam 11 pengurus mesjid sudah membunyikan muratal Quran melalui pengeras suara mesjid, yang seakan mengundang dan memanggil-manggil jamaah untuk segera ke mesjid.

Perjalanan saya kali ini sangat menguji iman. Kebetulan hari ini hari Jumat. Sejak pagi saya jadi gak terlalu banyak bicara karna kepikiran banyaknya sunnah hari Jumat yang tidak bisa saya amalkan hari ini :(

Awalnya saya pikir Melaka dengan semua latar belakangnya adalah sebuah kota yang multi etnic masak sih nyari mesjid aja susah..?? Waktu itu menunjukan jam 11 waktu setempat, teman saya Agus sudah mengingatkan untuk shalat Jumat, tapi berhubung waktu shalatnya masih lama jadi saya santai aja dan bilang ntar aja jam 12an kita cari mesjid terdekat.

Pukul 12 GMT+8, saya masih sempat makan cendol sambil menikmati pemandangan pinggir sungai Melaka nan cantik, lalu saya melihat ada 2 orang keturunan arab yang mengenakan baju qamis arab juga sedang makan cendol. Dalam hati saya merasa tenang, tinggal ngikutin orang ini aja ntar ke Mesjidnya.

12:30 GMT+8 tiba-tiba 2 orang arab tadi hilang, ooh noo.. saya mulai agak panik, lalu mempercepat langkah menuju mesjid terdekat, pengalaman sebelumnya saya pernah menemukan mesjid di daerah pecinan, mesjid tua yang didirikan oleh kaum keling india jaman dulu, tapi sesampai disana saya heran dan bertanya-tanya, ini Jumat udah selesai atau gimana..?? *makin panic. Sekilas saya melihat 2 orang memakai baju koko, itu pertanda kalau mereka Muslim, langsung saja saya tanya "shalat jumatnya sudah selesai atau mesjid ini tidak menyelenggaran..??", mereka sedikit tergesa-gesa menjawab kalau mesjid yang menyelenggarakan shalat jumat hari ini ada di Kampung Morten. Melihat saya bingung mereka langsung menjelaskan dimana itu Kampung Morten, saya hanya mengira-ngira dimana keberadaannya. Beruntung saya tidak sendiri, ada jamaah lain yang sudah terlanjur ke Mesjid Kampung Keling tersebut.

Hebatnya, saya salut dan merasa inilah ukhuwah islam, melihat kami berdua kebingungan dan membayangkan jarak yang haru ditempuh dengan berjalan kaki menuju kampung morten mereka meneriaki jamaah lain tersebut dan menanyakan siapa yang sendiri dan bisa memberikan kami tumpangan..?? saya salut, padahal gak kenal, disini terasa indah ukhuwah islamiah itu. Meskipun akhirnya tetap jalan kaki bersama jamaah lain yang sudah tau lokasi mesjidnya, namun saya tetap merasa bahagia. Sepanjang jalan kami memberi tahu jamaah lain kalau Jumat kali ini dilaksanakan di Masjid Kampung Morten, "kampung morten.. kampung morten.." tiba-tiba Kampung Morten berasa menjadi tempat yang paling dicari.

Matahari tepat diatas kepala, berjalan kaki sejauh kira-kira 5 km membuat kami sampai di mesjid mandi keringat. Masjidnya tidak seperti yang saya bayangkan, kecil saja seperti kebanyakan mushalla di Indonesia, dan jamaahnya sudah ramai sampai keluar mesjid, beruntung kami belum telat, langsung wudhu, dan masih sempat untuk shalat sunnah dulu sebelum khutbah jumat. Alhamdulillah.. semoga tiap langkah kami dihitung sebagai penggugur dosa, amiin..

Gerbang Kampung Morten

Akhirnya Shalat Jumat bisa terlaksana dengan khitmad. Sempat terlintas untuk memanfaatkan status musafir saya sebagai alasan untuk tidak shalat jumat karna tidak menemukan mesjid, untunglah Allah menunjukan jalan, Allah maha baik.

Masjid Kampung Morten
Kampung Morten
Selesai Jumatan saya sempat motret Kampung Morten yang terlihat masih sederhana dibandingkan sekitarnya yang didominasi gedung bertingkat. Sepertinya kehadiran kami sedikit menjadi perhatian bagi jamaah lain, mungkin mereka hafal dengan jamaahnya dan kami terlihat asing, saat kami berpapasan dengan jamaah lain mereka memberikan senyum yang sangat ramah, beberapa menanyakan kami darimana? Tiba-tiba saya merasa sangat bahagia menjadi seorang Muslim, betapa indahnya ukhuwah islamiah itu. Pas mikir panas-panasan lagi jalan kaki balik ke bangunan merah Melaka langsung bikin lemas lagi.. penaat laa took.. hahaha.. tapi ada untungnya lagi.. kami nemu yang seru.. di note selanjutnya yah pemirsaah.. :D

Homestay, mungkin ada yang nanti yang mau menikmati suasana kampung Morten

Kamis, 21 Februari 2013

one day tour Penang

Penang sebenarnya udah lama pengen saya kunjungi sejak saya ke Malaysia untuk yang kedua kalinya bersama Rika Daniel waktu jalan-jalan seru saya yang ini, juga saat backpackeran dengan Haris yang ini. Setelah ke empat kalinya ke Malaysia sekarang saya benar2 mau mewujudkannya.

Rencana awalnya saya mau naik kereta api malam dari KL Sentral sekalian ketemuan dengan beberapa teman saya yang mau bareng ke Penang. Nantinya kita turun di Station Butterworth dan naik ferry menyeberang dari mainland Malaysia menuju pulau Pinang tepatnya di Georgetown. Namun saya telat sampai di KL Sentral dan sudah ketinggalan kereta. Saya memilih untuk ke Bukit Bintang tapi sebelumnya ke Puduraya (terminal bus KL yang jalur utara) siapa tau masih ada bus terakhir ke Penang. Buru-buru lagi ngejar trip terakhir monorail, apes lagi nyampe disana barusan tutup :( yaudah terpaksa naik taxi. Beruntung supir taxinya baik setelah beberapa taxi saya lewati karna trauma dengan supir taxi India (maaf bukan bermaksud rasis), saya diberitahu ternyata masih ada bus terakhir ke penang tapi yang ini bukan resmi dari counter karna di time schedule yang resmi bus terakhir pukul 10.30 dan untuk ini saya harus bayar ongkos lebih mahal  40 RM yang normalnya sebenarnya 35 RM, udahlah pokoknya Penang..

Perjalanan ditempuh sekitar 5-6 jam, kalau malam bisa 4 jam tergantung supirnya. Supir saya malam itu kayaknya cukup santai, saya tiba di Sungai Nibong (terminal pulau Penang) pas azan subuh. Ohya kalau pakai bus kita langsung ke pulau Penang tanpa harus pakai ferry melintas dari mainland Malaysia, nanti akan melewati jembatan yang sangat panjang maaf saya gak dapat photonya jadi diambil dari google aja.

Saya membayangkan kalau jembatan Selat Sunda nantinya akan seperti ini.

Di Sungai Nibong saya gak punya banyangan sedikitpun, mau nyari mesjid terdekat gak keliatan kubahnya cuma terdengar suara azan subuh, akhirnya saya mendekat ke dalam terminal, saya lihat ada beberapa orang dengan bawaan koper2 besar saya anggap aja dia nungguin bus untuk ke komtar, terminal di Georgetown. Pas lihat2 plang pengumuman saya membaca "surau" tanpa pikir panjang langsung cabut menuju TKP, beruntung ternyata disana toiletnya ada showernya juga yaudah sempatin mandi dulu, bersih2 dan shalat subuh.

Seeep udah bersih dan kami siap berpetualang di Penang especially Georgetown yang terkenal dengan bangunan tua yang dilindungi oleh UNESCO sebagai world heritage. Bus pun datang tapi gak banyak yang naik sayapun ragu yaudah nanya supirnya aja ternyata bener ke Komtar, tiketnya 2 RM, perjalanan sekitar 1 jam dari masih gelap sampai di Komtar udah terang benderang, dan sedikit macet karna pas orang berangkat kerja dan sekolah, udah kayak di Jakarta aja.

Sampai di Komtar kita malah bingung mau kemana? niatnya cari makan dulu tapi karna kita masih belum ketemu sama teman yang janjian dari Kuala Lumpur jadi masih kepikiran, udah usaha nelpon dan sms tapi gak ada kabar. Tempat makan yang direkomendasikan para host acara jalan2pun yang katanya Penang adalah surganya wisata kuliner lenyap saya lupa, akhirnya kita jalan aja dulu nyari sedapatnya aja. Tiba-tiba ada suara memanggil, gak mungkin itu fans saya, jauh2 kesini masak masih ada yang kenal saya? ternyata mereka 2 sosok makhluk hilang yang kami cari, cukuurlaaah. Ternyata nomor yang dari tadi kita sms dan telpon itu nomor orang ntah siapa2 yang dipinjam sama teman saya waktu dia di kereta untuk ngasih kabar ke kita, hahaha ya iyalah gak dibalas.

Baiklah tim sudah lengkap, mari explore Penang, pertama kita nyari map dulu, trus disepakati untuk explore Georgetown aja trus nanti ke kuil besar Kek Lok Si Temple, malamnya ke Gurney Drive trus saya langsung balik lagi ke KL, yang lain sepertinya masih mikir mau stay atau ikut saya ke KL. Serunya di Penang ada free shuttle bus, beruntung bangetlah buat turis budget seperti saya ini.

Spot seru di Penang sebagian besarnya ngumpul di Georgetown makanya saya memutuskan untuk sehari aja disini, saya sebenarnya tertarik dengan bangunan tuanya yang terawat dengan baik, trus juga wisata kuliner yang banyak direkomendasikan oleh acara jalan-jalan yang saya tonton. Dan untuk mencapai spot semua itu cukup dengan jalan kaki atau dengan free shuttle bus, oooh betapa bahagianya, terima kasih pemerintah Penang :)

okay these they are..

Komtar, semua bus dalam kota akan melewati terminal ini
free shuttle bus, hurraaaayy..
temple ini ada di depan free shuttle bus stop, dari pada bengong nungguin mending kita poto2 dulu :D






Queen Victoria memorial clock tower, ini jadi mirip Jam Gadang yang ada di Bukittinggi
di Bukittinggi juga ada Fort De Kock

ini bangunan yang paling saya suka, Inggris classic


Kebetulan lagi ada Kapal Pesiar yang merapat di Penang ini, pantesan banyak turis bergerombolan ketemu.


Eropa banget..
saking laparnya sampai udah gak tau lagi bangunan apa yang kita singgahi :D
Okay baiklah ini poto terakhir kita benar-benar harus cari makan sebelum ada korban yang berjatuhan, laparnya udah tingkat dewa ahahaha.. *lebay
TARAAAA.. inilah tempat makan yang kita temukan berhubung pengunjungnya ramai jadi kita putuskan kalau ini enak, ternyata bener, enaaaak.. jangan dilihat dari namanya yaa.. :D

mari makaaan.. saking kalapnya + berisik kita jadi perhatian orang2 sekitar, bodooo yang penting makaan :D :D
this is it....... *efek lapar lupa lagi nama ayam kari ini..
Setelah kenyang makan, waktu Zuhurpun masuk, terdengar azan berkumandang, ternyata kita udah dekat ke salah satu Masjid tua di Penang yaitu Masjid Kapitan Keling, masjid ini jadi icon of Penang juga. Saya teringat kisah Nabi Muhammad SAW "istirahat kami dengan shalat ya Bilal", baru setengah hari explore Penang udah gempor.

masih jadi tanda tanya dengan seruan ini maksudnya apa..??
this is it, Masjid Kapitan Keling Penang yang udah masuk daftar yang harus saya kunjungi di Penang
Interior, Mihrab dan mimbar untuk khutbah
oleh-oleh paling berharga
 Sempat ketiduran juga disini nungguin para ibu2 pikir saya begitu gak taunya malah saya yang udah ditungguin karna ketiduran hahaha. Udah fresh lagi kita lanjut dan tujuannya agak ironi nih, dari mesjid ke kuil tapi gak untuk ibadah kok cuma penasaran aja dengan bangunannya karna masuk daftar recommended yang ada di map. Penang adalah multi etnik jangan heran kalau sering kita jumpai masjid, kuil dan gereja bersebelahan, dan kelihatannya mereka hidup dengan harmonis.

menunggu bus menuju Kek Lok Si Temple, kali ini gak gratis lagi karna udah di luar jalur free shuttle bus, dan menurut petunjuk yang kita dapat setelah nanya2 kita disuruh nunggunya di bus stop sebelah kanan setelah nemu perempatan, baiklah nurut. Berhubung panas nunggunya sambil makan ice cream, ice creamnya udah habis bus yang ditunggu tak kunjung datang akhirnya pas ada bus gak tau jurusan mana kita stop aja, tanyain supirnya ternyata melewati kuil tersebut dan arahnya berlawanan arah dengan petunjuk yang didapat tadi, yaelaaaah.. gak nyalahin juga sih, kayaknya juga bisa sesuai petunjuk sebelumnya karna bus di penang khususnya di Georgetown ini jalurnya muter2 bikin bingung. Supir busnya masih muda dan sangat ramah dan humoris, perjalanannya cukup jauh sekitar 1 jam lumayan terhibur sama si abang supir.
kuil dekat halte nungguin bus ke Kek Lok Si Temple
terlepas bangunan ini sebagai tempat sembahyang, secara arsitektur bangunannya sangat indah dan detail.

Kek Lok Si Temple
Busnya hanya sampai disini, menuju kuil silahkan berjalan kaki ke atas dekat kok sekitar 2 km dan jalurnya mendaki, itupun baru sampai kuil paling bawah, untuk mencapai puncaknya silahkan mendaki lagi dijamin gempor kaki kalau kesini dan itu cukup membuat saya kapok untuk kesini. Tambah lagi ada pengalaman buruk disini, tripod si Ijonk yang dititipin kesaya hilang disini :( sorry yah Jonk..

Kek Lok Si Temple, maaf yah kalau potonya narsis, maklum dari tadi motoin aja sesekali kan pengen juga dipoto :D
Kek Lok Si Temple tingkat dua.
Patung Besar Dwi Kwan Im yang super gede di Kek Lok Si Temple paling puncak, ini yang kelihatan dari jauh tadi
Kek Lok Si Temple puncak
Pemandangan dari puncak, terlihat lift yang jalurnya miring, jika tidak mau naik ratusan anak tangga silahkan bayar 2 RM untuk naik lift ini. Juga dikejauhan terpapar kota Georgetown. Sekarang mikir balik ke bawah trus ke kota, bener2 kapok saya cukuplah sekali ini kesini.

Sampai di kota lagi pas maghrib, alhamdulillah dapat berjamaah di mesjid dekat komtar.

Masjid deakat Komtar
Selesai Maghrib plus jama' Isya ada kejadian aneh, saya melihat seorang bule jalan bolak-balik mondar-mandir kayak orang lagi tawaf, dalam hati kasian cakep2 "agak kurang", ternyata dia nungguin istrinya selesai shalat, mungkin wanita agak rempong ya dengan aksesorisnya, sekilas saya lihat si wanitanya cantik banget bule juga pake abaya dan hijab hitam. Dala hati lagi mungkin dia was-was kenapa2 dengan wanitanya tuh si bule tadi jadi kayak bodyguard jagain pintu gitu jadinya.

Okay beres semua sekarang kita nyari tiket balik ke KL niat awalnya tapi mendadak rencana berubah untuk ke Malacca, baiklah lanjoot, beruntung masih ada seat tersisa untuk kami berlima, kata makciknya (india sih sebenarnya) jarang kalau go show begini ada bangku tersisa banyak. Alhamdulillaaah. Keberangkatang jam 10:30 pm, sekarang masih jam 8 terniat mau ke Gurney Drive karna ini masuk daftar juga tadinya tapi kata si makcik tadi gak cukup waktunya apalagi kalau macet2 begini, waktu itu emang lagi macet meskipun gak separah Jakarta kalo lagi jam pulang ngantor. Ngabisin waktu akhirnya kita muter2 disini aja..


Jangan mikir kalau kita nongkrong disini meskipun pengen nyoba sih, penasaran aja memangnya Georgetown terkenal dengan white coffee nya gitu? tapi pas kesana mereka udah tutup yaudah numpang duduk aja deh hahaha..

Baiklah demikian kira seharian saya di Penang, Georgetown, masih banyak sebenarnya spot yang pengen dikunjungi antaranya pantai feringgi, Masjid terapung, belum lagi wisata kulinernya, apa daya waktunya gak cukup, mungkin ada sponsor yang mau saya temani lain waktu sangat diterima dengan senang hati hehehe ngarep.

Rabu, 06 Februari 2013

4 waktu di Putrajaya

Seperti biasa sebelum berangkat backpacking saya googling informasi dulu mengenai tempat-tempat tujuan yang akan saya kunjungi, tiba-tiba saya naksir dengan Putrajaya yang notabene adalah pusat pemerintahan negara Malaysia, karena katanya (dari beberapa blog yang saya baca) seperti minimalis timur tengah, ada 2 mesjid bagus nan megah juga disana, baiklah, langsung masuk list pertama saya.

Landing di LCCT saya check wifi dulu sambil ngisi kampung tengah (dibaca: perut) sekalian ngasih kabar ke keluarga kalau saya sudah sampai di Malaysia dengan selamat, plus check in di facebook, kali aja ada teman lain yang juga disana kan bisa nebeng ahaha..

Selesai makan, saya nyari counter bus untuk ke Putrajaya yang ada di depan pintu keberangkatan domestic. Ada beberapa cara untuk mencapai Putrajaya dari LCCT, salah satunya dengan menggunakan KLIA Express. Dari LCCT kita dikasih 2 tiket, 1 untuk bus LCCT ke station Salak Tinggi, lalu kita akan diturunkan di depan pintu masuk station Salak Tinggi untuk ditransfer menggunakan KLIA express (kereta cepat) ke station Putrajaya (next station dari Salak Tinggi) menggunakan tiket yang satunya lagi. Harga tiketnya 5.5 RM untuk keduanya, jadi sampai di station Salak Tinggi kita langsung nunggu kereta aja gak perlu ngantri beli tiket lagi.

Bus LCCT-Salak Tinggi
Station Salak Tinggi
Penampakan di dalam KLIA Express
Akhirnya kereta datang, langsung adem pas masuk, mana ada wifi gratis juga aseek. Tapi berhubung perjalanannya dekat aja jadi gak sempat ngapa2in juga, Putrajaya adalah station berikutnya dari station Salak Tinggi jadi paling sekitar 5 menit sudah sampai.

Finally, Putrajaya

Oke finally touchdown in Putrajaya woohooo, dari petunjuk yang saya baca terminal bus ada di lantai dasar jadi tinggal ngikutin petunjuk arah yang ada aja. Inilah hebatnya Malaysia menurut saya infrastruktur yang dibutuhkan turis cukup lengkap dan nyaman semoga di negri saya segera. Setelah ketemu terminal disini saya mulai bingung mau pilih bus yang mana untuk tujuan ke Masjid Putra (tujuan utama saya), terminalnya sepi, rapi, diluar bayangan saya yang terbiasa melihat terminal bus kebanyakan di Indonesia yang terkesan "horor", biar aman saya nanya petugas keamanan terminal aja, baiklah ternyata bus no. 300. *note: bus berangkat tiap 20 menit sekali, jadi selamat menunggu, tapi on time kok :)

Terminal Bus Putrajaya, dilengkapi monitor jam kedatangan dan keberangkatan juga seperti di bandara, keren :)
gak ada platform 9,5 yah.. hehe ke hogward dong ntar..
inilah angkot yang melewati halte Masjid Putra :)
Baiklah, setelah menunggu kira2 10 menit, akhirnya pintu bus terbuka dan penumpang dipersilahkan masuk lalu kitapun berangkat, penumpangnya cuma dua orang saya dan ada satu lagi cik puan :D tarifnya 1,5 RM. Supirnya baik dan ramah, saya minta diturunkan di halte Masjid Putra, beliau selama perjalanan ngobroool aja, kalau gak sama saya atau sama cik puan satu lagi, dan dia beberapa kali meyakinkan apakah benar saya traveling sendirian..?? hehe (gak dosa kan jalan sendiri..?) dan ada beberapa topik yang membuat kita tertawa ngakak (maaf topiknya agak rasis gak usah dibahas).

Di perjalanan penumpang yang kebanyakan naik cuma para pelajar setingkat SD dan SMP, beberapa karyawan dan sedikit umum, lagi-lagi saya cemburu dengan keadaan ini. Awalnya saya memperkirakan isi busnya akan kurang lebih sama dengan busway di Jakarta yang bakal penuh sesak ternyata disini gak begitu. Juga terlihat tingkat keamanan yang baik, anak2 SD yang masih kecil2 tanpa takut naik bus tanpa di dampingi orang tua mereka, kalau mau dibandingkan lagi di Jakarta atau kota besar di kita udah jarang orang tua yang berani melepaskan anak mereka sendirian naik bus pulang pergi sekolah.

Kompleks Putrajaya ini sepertinya tidak terlalu luas, setelah perjalanan beberapa menit saya sudah melihat kubah Mesjid Putra, tapi menjelang haltenya lama sekali, jalannya mutar2 dulu, dan ternyata dari haltenya itu ke Masjid cukup jauh jalan kaki tambah lagi waktu itu lagi panas2nya, yaudah asikin aja, untung jalan menuju kesana melewati taman jadi asik aja. Menjelang Masjid Putra kita akan melewati bangunan khas Putrajaya yaitu gedung parlemen mereka yang berbentuk masjid, bahkan teman saya yang nyusul belakangan mengira bangunan inilah yang Masjid Putra.

Jalan dari Halte menuju mesjid akan melalui taman cantik ini

Gedung Parlemen Malaysia
Saya juga janjian dengan teman yang berangkat dari Pekanbaru, kita ketemunya di Masjid Putra, mereka sudah saya kasih petunjuk dari bandara LCCT seperti yang saya lalui tadi. Di masjid putra saya dapat teman baru namanya Akmal, dia bekerja sebagai pemandu untuk turis, nah mumpung Akmal bakalan stay terus di gerbang mesjid jadi saya nitipin ransel plus numpang recharge HaPe sekalian liatin teman saya kalau dia datang dan saya masih makan suruh nyusul aja ke food court, ke teman saya juga saya pesanin ntar di gerbang cari aja petugas mesjid namanya Akmal.

Selesai makan ternyata 2 orang yang saya tunggu2 masih belum datang, pas liat HP ternyata udah banyak PING!!2 di BBM, mereka katanya udah di depan Masjid Putra dan nanyain gak ada yang namanya Akmal. Saya juga heran mereka sebelah mana? padahal saya nungguin di gerbang. Pas mereka sampai barulah mereka pada heboh salah masuk, dikirain gedung parlemen di atas tadi yang Masjid Putra soalnya pakai kubah kayak masjid, hahaha, untung petugas keamanannya baik trus dikasih tau arah menuju jalan yang benar hahaha, kebayang aja kalau di Jakarta kita nyasar masuk ke gedung MPR buat shalat :D

Balik lagi soal Putrajaya, karna kota ini baru dibangun jadi tertata dengan rapi dan banyak bangunan modern yang artistic yang diinspirasi oleh kebudayaan Islam karna Malaysia adalah negara Islam meskipun penduduk Islamnya kalau gak salah hanya 50%.

Niat awalnya sih saya mau shalar Zuhur di Mesjid Putra ini trus Asar ke Mesjid Sultan Mizan atau lebih dikenal dengan Masjid Besi, tapi karna mau nungguin teman yang udah terlanjur janjian di masjid Putra ini yaudah akhirnya saya melewati 4waktu shalat di Masjid ini aja.

Sepertinya Photo akan bicara lebih baik daripada saya jelaskan panjang lebar, sila dinikmati, kurang lebih itulah perjalanan saya di Putrajaya.

Masjid Putra, Putrajaya, dipotret dari food court
Toilet Masjid Putra
ada pojok buat beli oleh2, dan juga jubah bagi turis yang tidak menutup aurat
Mihrab
batas pengunjung bisa melihat interior Masjid, dibatasi oleh pita merah

4 buku ini disediakan gratis bagi pengunjung yang ingin tau tentang indahnya Islam :)
Pemandangan sebelah kanan Masjid terlihat gedung Parlemen nan megah
Pemandangan sebelah kiri Masjid terlihat Masjid Sultan Mizan dan jembatan yang juga menjadi icon Putrajaya
sunset di esplanade Putrajaya
Sepertinya hampir semua bangunan disini arsitekturnya diinspirasi oleh kebudayaan Islam
beautiful sunset at Putrajaya
Demikianlah kira-kira saya menghabiskan 4 waktu shalat saya di Putrajaya.