Jumat, 01 Juli 2011

Hijrah

Berawal saat memasuki tahun 2011, saya mulai memikirkan resolusi yang akan saya capai ditahun ini. Salah satu yang masih pending dari tahun kemaren adalah menemukan kerjaan baru yang lebih baik, karna saya sudah terlalu sering mengeluh dan tidak bersemangat bekerja dengan keadaan saat itu. Bulan Februari saya dapat kesempatan pergi berlibur yang rencananya sama Uni sekeluarga tapi batal, plan B-nya solo backpacker tapi seminggu mau berangkat ternyata Haris berminat untuk gabung. (cerita sebelumnya di Jalan-jalan Jalan 1Jalan-jalan Jalan 2, Jalan-jalan Jalan 3, Jalan-jalan Jalan 4, Jalan-jalan Jalan 5 )

Pulang dari liburan yang begitu seru tapi capeknya minta ampun, ternyata hanya bertahan seminggu yang membuat saya fresh lagi. Dua minggu setelah itu kembali lagi perasaan jenuh, bosan, gak karuan kembali merasuki. Kerjapun saya jadi uring-uringan, kalau gak ada kerjaan di kantor saya balik ke kos tidur-tiduran sambil nonton. Terakhir sampailah saya ke titik puncaknya, saya merasakan sedih yang sangat luar biasa tapi herannya gak tau penyebab pastinya apa, tiba2 air mata saya keluar mengalir, dua hari saya merasakan ini bahkan di kantor juga. Saya bawa shalat, ngaji, dan sejak saat itu saya berusaha untuk shalat berjamaah di mesjid, dan bertekat untuk bisa khatam alquran.

Pulang dari shalat subuh saya ngaji menunggu pagi sebelum berangkat ke kantor, saat itu saya sudah sampai di surah An Nissa ayat 97 yang artinya "Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri [342], (kepada mereka) malaikat bertanya : "Dalam keadaan bagaimana kamu ini ?". Mereka menjawab : "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para malaikat berkata : "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu ?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali". Saya merinding saat membaca bagian "bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu", siangnya di kantor saya makin mantap untuk memutuskan resign dari pekerjaan sekarang.

Weekend saya pulang ke Bukittinggi, curhat habis2an sampai nangis lagi sama Apa dan Ama, tapi setelah itu jadi lega, mereka memberikan pencerahan yang membuat saya makin mantap. Balik kantor saya langsung mengajukan surat resign, koordinator sayapun kaget dan menyuruh saya untuk memikirkannya lagi bahkan kalau bisa jangan resign. Waktu seminggu yang diberikan saya gunakan untuk searching lowongan kerja, dengan Bismillah apply sana-sini. Gak tau kenapa saya bahagia memikirkan resign, padahal belum ada kerjaan baru yang akan menampung, kalau kata teman2 saya konyol, tapi saya yakin rezeki Allah itu gak berpintu yang datangnya gak akan terduga-duga.

Awal April saya resmi mengajukan surat resign itu berati per May saya resmi keluar dari pekerjaan. Dan rezki Allah itu memang tidak diduga-duga datangnya, 2 minggu menjelang saya resmi keluar, ada telpon dari salah satu perusahaan yang saya pada saat apply-nya saya gak begitu berharap banyak, karna sudah berpengalaman dengan perusahaan sejenis sebelumnya, tapi ya itulah Allah selalu memberikan melebihi apa yang kita bayangkan. Rasanya prosesnya juga dimudahkanNya, beberapa kali saya mengikuti recruitment rasa penuh dengan deg-degan apalagi yang terakhir yaitu di Bank Indonesia, banyak orang menginginkan untuk bisa masuk bekerja disini, tinggal beberapa langkah lagi saya digagalkan oleh Allah dengan cara lain. Mungkin untuk meluruskan niat saya yang memilih resign dari perusahaan sebelumnya karena banyak mengandung unsur riba, jika saya bekerja di bank ya itu berati sama saja, kecuali yang murni syariah.

Rencana awal saya setelah resign:
1. Mau istirahat dulu satu atau dua bulan, me-refresh pikiran dan semangat sebelum memasuki kerjaan baru (yang ini pengennya.. :D)
2. Persiapan Menikah, saya tau ini konyol seperti kata orang kebanyakan, tapi saya teringat nasehat seorang teman (bang Sauki Nursyam, semoga beliau diberkahi Allah) dulu kepada saya tentang standar kematangan financial untuk menikah "jikapun saat ini anda punya harta berlimpah, ada yang bisa menjamin kalau besok itu masih ada, dan kalaupun saat ini anda tidak punya apa-apa ada yang menjamin besok anda masih gak punya apa-apa?" yang penting niat baik dan usaha, halah emang jaman sekarang masih ada yang mau sama yang kayak beginian ya..?

Dan lagi2 Allah itu Maha Baik, hampir sebulan dengan status pengangguran saya mulai merasakan bosan, apalagi kalau lihat tabungan yang makin menipis. Sepulang dari berkunjung ke tempat Uni di Rengat saya dihubungi untuk keputusan bahwa saya diterima bekerja, Alhamdulillah dan hebatnya lagi saya diberi waktu 2 minggu untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Waktu yang diberikan saya anggap sebagai liburan aja sebelum berangkat merantau. Ada kenikmatan yang luar biasa juga disaat menunggu waktu berangkat saya ke Jakarta, ikatan emosional saya dengan seluruh keluarga terasa sangat dekat sekali dan rasanya sangat menentramkan dan membuat saya makin yakin untuk menatap tantangan baru yang akan saya hadapi nantinya, teman bisa saja datang dan pergi tapi tidak dengan keluarga, mereka selalu ada.

Pas mau berangkat dikasih lagi nikmat, tiba2 sahabat saya Haris dapat tugas ke Padang dan balik ke Jakarta kita bareng. Benar2 bersyukur dengan semua perjalanan itu, saya seperti dituntun oleh Allah, sampai di Jakartapun saya rasanya di dekatkan dengan orang2 yang menginspirasi yang membuat saya makin belajar. Meskipun kenyataannya hidup di Jakarta gak seperti yang saya bayangkan di awal, tapi InsyaAllah saya akan tetap bersyukur, menikmati proses, dan mengambil pelajaran, karna aku yakin Allah akan menuntun ke titik yang lebih baik InsyaAllah.

2 komentar:

  1. Wah, nasehat bang Sauki itu keren sekali, gan! ;D aye ingat jaman "jahiliyah" ente dulu tu, tiap saat mengeluh :D
    sEMANGATTTTT!!

    BalasHapus
  2. Iya sampe aye ingat hingga sekarang..
    Hehehe sekarangpun aye masih sering (ˇ_ˇ'!l) semangat mengurangi mengluh..

    BalasHapus