Senin, 12 Juli 2010

Gantiang Baralek Gadang

Beberapa bulan terakhir ini weekend jarang saya habiskan untuk pergi jalan-jalan ataupun sekedar leyeh-leyeh di rumah. Persiapan acara adat Batagak Datuak telah menyita semua rencana weekend yang telah saya ancang-ancang sebelumnya. Bukan secara terpaksa tapi memang kewajiban moral karena saya adalah anak kemenakan dari suku ini (Koto) dan juga saya ingin sekali mempelajari adat istiadat Minang Kabau khususnya kampung saya Koto Gadang yang ternyata sangat hebat.
Acara Batagak Datuak adalah sebuah prosesi adat tertinggi di Minang Kabau, yaitu pengangkatan seorang leader atau ketua dari sebuah kaum atau suku, mirip dengan pemilihan seorang President tapi lebih kekeluargaan. Alasan pengangkatan Datuak inipun ada beberapa macam, untuk yang suku saya ini kalau gak salah dinamakan mati batungkek budi” dimana Datuak Pangulu baru diangkat karena Pangulu yang lama meninggal dunia dan penggantinya harus dicarikan hari itu juga sebelum mayatnya dikuburkan.

Malewa Gala

Prosesi adat ini disebut “mangambang lapiak” dimana di depan rumah Pangulu yang lama di gelar tikar dan ditengahnya diletakan baju kebesaran Pangulu lengkap dan semua keluarga berkumpul untuk men
entukan siapa kandidat calon pengganti Pangulu yang kira-kira paling cocok. Kriteria untuk seorang Pangulu ini mirip dengan seorang manager plus memiliki sifat yang mengacu kepada ciri-ciri sifat Nabi Muhammad SAW yaitu: siddiq, amanah, fathanah, tabligh, dll (tapi pada acara adat yang ini saya tidak bisa hadir, gak dapat cuti).

Bakampuang Ketek
Nah selesai terpilih seorang calon Pangulu atas kesepakatan semua Paruik (keluarga) acara berikutnya adalah “bakampuang ketek”
yaitu musyawarah atau duduk bersama semua anggota keluarga suku. Disebut bakampuang ketek karena ini musyawarah intern suku yang bersangkutan (Koto, suku saya) aja. Dalam sebuah kampuang atau nagari terdiri dari beberaka suku, jadi suku yang lain belum diikutkan. Dan acara ini dipimpin oleh Datuak Tumangguang, dia adalah yang dituakan di pasukuan Koto. Inti dari acara ini adalah kembali menyepakati apakah memang sudah disetujui oleh semua Paruik calon Pangulu yang baru ini sebagai calon yang terbaik..??. Ada inovasi disini kalau dulu persetujuan dari setiap paruik ini hanya secara lisan sekarang dibuat secara tertulis dan ditanda-tangani.da yang suaminya meninggal, semua dibedakan. Untungnya bagi kita yang masih single ini bisa sekalian manyilau (survey) deh, kali aja ketemu jodoh hehehe.. ehh tapi gak saat acara adat yang ini karna disini kita semua masih satu suku = gak boleh.
Basudi Siasek
Jika semua Paruik
telah setuju acara selanjutnya tapi masih dalam bakampuang ketek ini juga yaitu mempersiapkan untuk prosesi berikutnya, yaitu “basudi siasek” atau dalam bahasa sekarangnya disebut juga fit and proper test, calon Pangulu yang sudah disepakati tadi seperti di sidangkan dulu oleh Datuak Nan 24 (Datuak yang ada di Koto Gadang), dalam acara ini juga saya gak bisa hadir karna masalah cuti)

Baiyo-iyo

Selanjutnya acara “baiyo-iyo” yaitu kemb
ali duduk bersama tapi saat ini seluruh kampung dilibatkan, untuk membicarakan dan membentuk panitia yang akan bekerja pada acara puncak nantinya. Batagak Datuak memang pengangkatan seorang leader dari sebuah suku, tapi acaranya disebut juga Alek Nagari karna itu semua elemen dalam kampung tersebut dilibatkan supaya pada acara hari H semua berjalan dengan baik, lancar dan semeriah mungkin.

Mulai dari acara baiyo-iyo ini semuanya sudah terlihat sibuk sesuai dengan bagian tugasnya masing-masing, kampuangpun sudah mulai dibersihkan dan dirapikan, warga rantau sudah mulai banyak yang pulang untuk membantu apa yang bisa dibantu. Disini sudah
mulai terasa kental jiwa gotong-royang dan kekeluargaannya, benar-benar sangat indah dan menyenangkan. Memang dalam bekerjasama apalagi di kampung pasti ada kendala dan masalah yang muncul, dan penyelesaiannyapun berbeda dengan yang biasa saya temui di kantor ataupun saat kuliah dulu. Tapi itu semua merupakan pengalaman baru dan unik. Seperti saya yang pernah diprotes oleh uda-uda dan mamak-mamak (abang dan om) karna kosa kata yang saya pakai terlalu intelek menurut mereka seperti deadline, planning, urgent, due date, PIC, leader, dll hehehe..

Rasanya saya gak mau melewatkan setiap kegiatan yang ada, tapi itu gak mungkin karna saya punya tanggung jawab lain di kantor. Pikira
n saya bercabang berusaha sesering mungkin terhubung ke kampung supaya tetap update dan barangkali aja ada yang bisa dibantu.

Bakampuang Gadang
3 Juli 2010 dihari H, Bakam
puang Gadang dan Batagak Datuak saya minta cuti supaya bisa mengikuti acara puncak dari ceremonial Batagak Datuak ini secara penuh. Acara nya tiga hari mulai hari Sabtu sampai Senin, 3-5 Juli 2010. Sabtu rencananya mau minta ijin tapi gak jadi karna ada kerjaan yang urgent yang harus diselesaikan. Siangnya langsung cabut pulang, untunglah masih belum terlambat. Sampai dirumah langsung ganti kostum, dan siap-siap bertugas. Saya ditugaskan untuk “manatiang” (menyajikan hidangan makan) adat untuk para Datak Nan 24 juga para tamu.

Sebelum bertugas briefing dulu mengenai teknisnya seperti apa, karna ini pengalaman pertama saya jadi saya dihantui perasaan takut salah. Kita berdelapan orang disebut “anak bujang nan capek kaki ringan tangan” dibagi menjadi dua kelompok, separo untuk Datuak Nan 24, separo lagi untuk para tamu, saya kebagian yang untuk Datuak Nan 24. Rasanya seperti membawa hidangan untuk para raja aja, stres takut salah, ntar kejedut atau jatuh berantakan mampus deh. Jalannya harus menunduk, saat meletakan hidangan lutut harus menyentuh lantai kedua-duanya. Dan juga ada aturan urutan hidangan apa yang di hidangkan lebih dulu tidak boleh salah kebalik-balik. Mulai dari aia basuah (kobokan), nasi jamba (seperti piring besar, satu jamba terdiri dari 4-5 orang yang makan bersama-sama), aia minum tiap jamba harus 5 gelas meskipun satu jamba itu hanya empat orang, samba merah atau asam padeh, randang, bihia atau gajeboh, terakhir baru daun pisang untuk lap tangan bukan pakai tissue atau serbet.

Saya sampai keringetan manatiang, untung gak netes ke dalam hidangan. Tugas selanjutnya membereskannya tapi untuk yang ini gak ada aturannya hanya tetap menunduk seperti jalan jongkok. Capek euy. Kelar bertugas giliran kita yang makan bajamba sesama tim manatiang, seru kebersamaan yang timbul dari makan bajamba ini terasa banget.

Di Min
ang setiap acara adat selalu diawali dengan pasambahan, seperti kata pengantar mirip dengan berbalas pantun. Setelah selesai pasambahan sesudah makan tadi acara selanjutnya yaitu pengokohan calon Datuak yang baru dengan pengambilan sumpah, dilanjutkan dengan peresmian secara simbolis dengan membuka ikatan marawa (umbul-umbul khas Minang yang mirip bendera Jerman) yang bertuliskan nama Datuak Radjo Ampang Limo untuk ikut berkibar bersama marawa Datuak Nan 24 lainnya.

Acara adat hari itu selesai, malamnya dimeriahkan oleh acara hiburan yaitu baga
maik, musik yang berasal dari melayu tapi sudah diadopsi dan dikolaborasi oleh budaya Minang sehingga memiliki cirikhas tersendiri. Semuanya berbahagia ikut hanyut oleh alunan musik, semua orang bergoyang dan yang malu-malu ditarik ke lantai dansa dengan menggunakan selendang. Sayang saya sudah sangat lelah dan mengantuk juga untuk mempersiapkan tenaga untuk acara esok hari, jadi tidak bisa menikmati acara bagamaik ini sampai tuntas. Tapi seru, semua keluarga besar terasa sangat akrab.

Maarak Kabau

Acara inti hari berikutnya adalah “maarak kabau” diiringi oleh tim Tansa dan Pencak Silat serta seluruh masyarakat kampung. Prosesi adat yang ini menjadi paling seru karna atraksi dari tim Tansa dan juga antusiasme orang kampung yang begitu tinggi sehingga arak-arakan menjadi sangat panjang. Warga Koto Gadang lainnya pada takjub, baru kali ini yang seheboh ini.

Si kerbau nan bohai ini (kerbau untuk acara adat ini harus pilihan, yang memiliki garis, bentuk dan ukuran tanduk yang ideal, badan dan kepala yang
bagus) dikasih baju warna hitam dan di arak (digiring) ke sekeliling kampung. secara mendadak si kerbau jadi selebritis semua orang pengen berfoto dengannya. tapi kasiah juga si kerbau sepertinya keliatan stres.


Basalauang
Acara maarak kabau selesai maghrib, malamnya disambung oleh
acara saluang (musik tradisional khas minang yang menggunakan suling bambu dan diiringi oleh beberapa penyanyi yang kalau di dengar seperti orang sedang meratapi diri) banyak generasi muda kurang menyukai musik tradisonal ini termasuk saya awalnya. Setelah memperhatikan ternyata seru juga dimana kita bisa request lagu biasanya untuk menyindir teman lain, lalu si penyanyi yang mirip sinden kalau di jawa dengan karangan sendiri menyanyikan lagu tersebut dengan tema yang sudah di request, dan itulah yang menjadikan saluang ini menjadi seru.

Mangulansiang
Saluang juga sebagai pengantar bagi tim mangulansiang (undangan tradisional yaitu
dengan cara mencambuk jenjang halaman setiap rumah yang ada di kampung setelah itu disebutkan kata-kata undangannya kalau tidak salah berbunyi “wo amay.. wo amay.. wo amay.. kulansiang lapeh bajak gadang ketek tuo mudo datang bisuak ka tapi, dak tau kato mangatokan”, khusus untuk rumah para Datuak ada kata-kata khusus) untuk pergi bertugas. Saya juga terlibat dalam prosesi ini, tengah malam pergi menyusuri setiap rumah dan mengucapkan kata-kata yang susah sekali saya hafalkan. Tim saya kebetulan tim dengan anggota terbanyak karena daerahnya juga yang terluas dan seram. Tapi karna rame diasikin aja, jadi seru juga kok hehehe..

Mandabiah Kabau
Setelah semua tim
mangulansiang pulang, tim lain langsung bersiap-siap untuk acara selanjutnya yaitu prosesi penyembelihan kerbau. Sebenarnya tidak ada yang spesial dari acara ini, hanya karna ini kerbau untuk acara adat aja jadi semua orang antusias untuk menyaksikan, ada juga karna belum pernah melihat penyembelihan kerbau dan berharap ada sesuatu yang spesial pada prosesi ini. Saya sebenarnya gak tega melihat prosesi ini anehnya saya berada di barisan depan, stand by dengan camera untuk merekam setiap moment. Tapi pada saat penyemblihan dengan camera tetap mengarah ke kerbau saya memalingkan muka tak kuasa untuk menyaksikannya langsung, kasihan kebaunya. Suhu udara subuh itu duingin poll. Selesai penyemblihan saya langsung pulang berniat istirahat kali aja dapat tidur 2-3 jam. Saat memejamkan mata rasanya telinga dan mata saya masih mendengar musik tansa dan semua seru-seruan seharian tadi.

Baralek Gadang
Senin 5 Juli 2010 pukul 8.00 saya dibangunkan HaPe yang berdering sangat kenceng karna di tarok di bawah bantal. Saya disuruh bersiap-siap untuk menjemput Anak Daro (Istri Datuak yang baru) dengan iring-iringan talempong, bersama dua anak bujang lainnya memegang carano yang berisi siriah. Baru pertama kali juga nih, jalannya pelan-pelan, berasa jadi manten deh.


Selesai menjemput Istri Datuak, langsung ke dapur kembali briefing untuk manatiang karna ada sedikit perbedaan aturan pada hidangan hari ini. Tiba-tiba ada yang menarik tangan saya untuk ikut menjemput Datuak Nan 24 ke Balai Adat Koto Gadang, formasinya masih bertiga, sama kayak menjemput Istri Datuak tadi. Sebenarnya harus ada urang sumando (laki-laki yang menikah dengan wanita di suku Koto saya ini) tapi karna kepepet akhirnya saya aja diminta untuk menggantikan asal jangan ketahuan aja hehe. Kembali stres saya jadi cerewet nanya-nanya karna takut salah.

Ternyata prosesinya gak separah yang saya bayangkan, cuma sebentar aja trus lanjut deh kembali ke rumah Datuak tempat diadakannya acara. Ada yang menarik diperjalanan. Saya sempat terlibat ngobrol dengan bapak-bapak & ibu-ibu yang semobil, sampai akhirnya ada pertanyaan “udah punya pacar..??” dan mereka bilang “kalau bisa carilah jodoh orang Bawah (Koto Gadang), "sayangnya ibu gak punya anak gadis” saya senyam senyum mesem aja, dalam hati padahal ngakak.. mau bangeeett.. hahaha..

Setelah Datuak Nan 24 disambut oleh para petinggi-petinggi, saya langsung kabur lagi ke dapur untuk tugas manatiang. Untunglah hari sebelumnya dapat pengalaman banyak jadi sekarang udah gak kaku lagi. Semuanya berjalan lancar, tapi ada sedikit yang mengecewakan hati saya, gulai cancang (gulai daging kerbau pakai campuran rebung muda) yang dihidangkan sudah dingin dan minyaknya membeku, itu juga karna pasambahannya terlalu lama plus kita terlalu cepat menyalin ke piring. Selesai acara ini kami gak ada makan bajamba seperti hari sebelumya, saya sendiri agak geli makan daging kerbau ini hihi

Saat keluar dari dapur selesai manatiang saya heran kenapa orang-orang jadi rame banget. Kirain karna banyak warga yang antusias untuk melihat, cuek aja sayapun nyari foto-foto buat dokumentasi dan sedikit-sedikit mendengarkan kata-kata pasambahan berharap bisa belajar. Saya jadi banyak belajar tentang adat istiadat sejak mengikuti rangkaian acara Batagak Datuak ini.

Batabua Urai
Saat para Datuak Nan 24 keluar dari rumah gadang (rumah orang tua Datuak),
orang-orang semakin rame dan mulai rusuh. Ternyata ada bungkusan-bungkusan kecil yang berisi uang logam yang dilemparkan oleh panitia dan para Datuak juga, acara ini namanya “batabua urai” rame banget dan rusuh, dari anak kecil sampe orang gede ikut semua. Sampai sekarang saya masih belum mengetahui apa makna di balik acara batabua urai ini, karna orang ingin mendapatkan bungkusan tadi bukan karna nominalnya tapi hanya untuk disimpan sebagai kenang-kenangan. Entahlah pokoknya saya menikmati aja.

Selesai itu saatnya berfoto bersama dengan Datuak yang baru, untuk yang ini saya pastinya bersemangat lagi hehehe..
Cuapek poll selama acara ini tapi tak seberapa dengan pelajaran dan pengalaman yang saya dapatkan. Nagari saya ternyata sangat huebat. Saya bangga..

NB: mohon maaf jika ada kesalahan nama, atau istilah dalam tulisan ini..

3 komentar:

  1. iya.. makin senang untuk memperlajarinya..
    anyway terima kasih sudah mampir daydeck86 :)

    BalasHapus
  2. Aku suka kali pelajari adat setiap daerah sih

    BalasHapus