Kamis, 01 Juli 2010

it was the first time, it was NDESO..

Berita Pertama

Rabu 16 Agustus 2006, tepatnya di gedung PKM Unand Padang, pukul 5 sore, saya sedang malakukan akitifitas yang biasa dilakukan disana setiap hari Senin, Rabu dan Jumat mulai dari pukul 4 sampai 6 sore (kadang sering
molor sampai maghrib). Dan hari itu menjadi tak biasa karena ada sesuatu yang tak biasa juga yang saya dapatkan.

Aktifitas yang rutin saya lakukan itu adalah latihan bela diri yang negri asalnya China, yaitu Wushu. Kalau mau bercerita sedikit mengenai bagaimana saya bisa aktif latihan di
unit beladiri wushu yang tergabung dalam UKM Pandekar UNAND ini, sebenarnya secara nggak sengaja. Waktu semester pertama saya di bangku kuliah, saat main ke rumah teman, saya liat mereka (dibaca: Yori & Panjul, red) lagi siap-siap pergi latihan trus saya minta ikut, rencana awalnya cuma mau liat doank.. akhirnya saya putuskan untuk nyoba tapi jadinya malah ketagihan.
Latihan wushu biasanya dilakukan dalam 2 section. Pertama gerakan dasar, selanjutnya gerakan jurus. Kejadian tak biasanya saat saya selesai melakukan latian section pertama, ketika istirahat minum tiba-tiba pelatih mendatangi saya dan ngasih wajah untuk bicara sesuatu yang serius. Dalam hati saya mencoba menebak kira-kira apa yang akan dikatakan.

“HAAAH..?? SERIUS SUHENG..??” teriak saya setelah mendengar pernyataan dari pelatih yang saya panggil Suheng itu. Ternyata beberapa teman dan junior saya melihat ekspresi itu sehingga Suheng menyuruh diam dan meneruskan penjelasannya. Sambil mangut-mangut, pikiran kemana-mana, mencoba memahami amanah yang diberikan akhirnya sayapun mulai menerima tanggung jawab ini. latian section kedua sudah tidak seperti biasanya lagi saya jalani, pikiran sudah bercabang kemana-mana, berusaha mencari ide, solusi, dan ada pikiran untuk mengelak juga sedikit.

“Kejurnas Semarang Open 2006”, ini lah yang membuat saya panas dingin gemetaran tak
menentu memikirkannya. Satu sisi saya bahagia karna diberi kepercayaan, dari sisi lain saya ketar ketir ketakutan karna pada kejurnas kali ini memberlakukan peraturan baru namanya freestyle, dimana setiap peserta memainkan jurus yang tidak baku lagi seperti tahun-tahun sebelumnya tapi membuat jurus sendiri dengan kombinasi yang apik, dan saya belum punya itu, pelatih sayapun juga masih meraba-raba soal aturan main peraturan baru ini.

Dengan waktu yang dimiliki lebih kurang 10 hari,
menuntut saya untuk tidak bisa diam, saat kuliah, di rumah pikiran tersita kesana, memikirkan jurus seperti apa yah yang bagus dan mempunyai nilai yang tinggi, bagus gak yah kira-kira ntar?? jangan-jangan nanti saya terlihat lucu dan konyol..?? Pikiran-pikiran tersebut seperti hantu di otak saya. Dan waktu 10 haripun dimaksimalkan dengan latihan fisik, teknik, mental setiap hari dengan durasi yang sedikit diperpanjang.

Hari-hari terakhir saya sempat punya pikiran untuk mundur ajalah, tapi Suheng tetap memberikan motivasi jadinya ya pasrah aja deh. Tanggal 24 Agustus 2006 tinggal 3 hari lagi, saatnya untuk mempersiapkan akomodasi dan segala macamnya.

Pertama Kali Naik Pesawat

Suheng mengutus saya untuk jurus utara dan teman saya Ajib untuk jurus selatan.Ya, di wushu jurusnya ada dua aliran, utara dan selatan, keduanya memiliki ciri dan karakter khas yang berbeda dan yang memainkannya juga harus memiliki karakter yang sesuai. Utara karakternya ringan, cepat dan agak lemb
ut, fisik orangnya biasanya tinggi, kurus dan gerakannya luwes sementara selatan keras, tegas dan power full, fisik orang yang ini biasanya berbadan tegap, besar dan sangar.

Persiapan secara teknis sudah dimantap-mantapkan saja, target yang dibawapun tak muluk-muluk. Dalam mengurus keperluan menuju dan selama di Semarang saya mengalami kejadian-kejadian yang ndeso banget karna saya baru pertama kali mengalaminya. Melihat tiket pesawat atas nama diri sendiri membuat saya senyum-senyum mesem, membayangkan gimana yah
sensasinya ntar di atas pesawat. Apa lagi saya berangkat dari padang cuma sendiri karna Ajib lagi di Jakarta, jadi kita ketemuannya di Sukarno-Hatta baru dari sana kita sama-sama ke Semarang.

Malam menjelang berangkat kembali panas dingin tak menentu, excited kalau mikirin perjalanan yang semuanya baru bagi saya. Tapi kalau udah kepikiran pertandingan langsung deh keringat dingin keluar.

Pagi-pagi saya minta Inyiak (teman se-kos) ngantar ke BIM (Bandara International Minang Kabau), untuk pertama kalinya saya masuk ke dalam bandara dan mengurus segala keperluan sebelum take off untung gak nyasar. Saat memasuki metal detector petugas keheranan melihat barang bawaan saya sampai dipanggil ke ruangan khusus, karna saya membawa pedang untuk pertandingan nanti. Check in, barang bawaan khusus saya harus memakai surat khusus juga (waktu itu belum nyadar ka
lau ternyata ribet banget, karna baru pertama kali jadi ya diasikin aja..), bayar airport tax, di samping counter airport tax ada counter asuransi dengan bujuk rayu yang manis akhirnya saya bayar kirain itu harus (belakangan baru nyadar kalau itu gak harus dan gak pernah saya bayar lagi setelah itu. Kalau diperhatikan memang mereka yang perdana menjadi korban terbanyak termasuk saya huuh..). Setelah beres semua, saat akan masuk ke ruang tunggu saya mengantar Inyiak keluar. Si Inyiak memang ikut ke dalam menemani check in. Pagi itu agak hujan kasian Inyiak sudah saya susahkan. Ternyata di luar ketemu Suheng dan Dona (teman wushu, senior sih sebenarnya) Baiklah dadah semuanya.. doakan saya ya.. halah..

Di ruang tunggu send
irian celingak celinguk merhatiin sekeliling. Gate 1, 2, 3, boarding pass tak lepas dari tangan + tiket, telinga dengan seksama mendengar operator bandara. Waktu itu bandara BIM masih sangat baru, semuanya masih terlihat wah. Tapi lama-lama bosan akhirnya saya ke WC lumayan sesekali pipis di WC yg bagus hihih..
Dan tibalah waktunya boarding, melalui gerbong yang kayak sedotan gede itu apa sih namanya?? saya berjalan dengan sok pede, biar gak keliatan banget ndesonya tiba-tiba pas dekat ke pintu pesawat di cegat oleh petugas, untuk nomor bangku 16 keatas disuruh turun
ke bawah dan masuk pesawat melalui pintu belakang, saya benci, tapi gak apa-apa juga bisa lihat body pesawat dari dekat hehehe.

Seat saya nomor 22 C, waktu itu pesawat tidak terlalu penuh, tapi karna patuh dan takut salah untuk sementara saya bertahan dulu duduk disana, celingak-celinguk lagi, “ooh gini toh dalamnya pesawat kayak bus tapi gede” dalam pikiran saya. Setelah itu ada pramugari cantik (setelah beberapa pesawat yang saya naiki sampai sekarang menurut saya memang pramugari Adam Air yang paling “bohai' hehehe..) yang memeragakan standard keselamatan selama berada di atas pesawat, lagi-lagi saya pehatikan dengan seksama. Setelah itu take off saat inilah adrenaline mulai meningkat tapi tetap exciting.


Ternyata bangku yang dekat jendela gak ada orangnya dengan polos saya tanya ke pramugari sekalian CCP2 (curi-curi pandang, cari-cari perhatian) hehehe boleh gak pindah ke bangku yang kosong?? Dari jendela pesawat keliatan hutan belantara, rumah, jalan yang kecil seperti semut, tumpukan awan seperti negri di antah-berantah, waktu itu hujan cuaca buruk dan pesawat agak bergoncang, karna saya baru pertama kali jadi gak tau, dalam pikiran saya “kok kayak naik bus lagi ngelewatin jalan jelek yah..??”.
Setelah satu jam mulai bosan, ternyata gini aja.. (menurut lho..?? emang naik roller coaster..??) pesawat mulai terbang rendah keliatan selat sunda dan pulau-pulau kecil. Landing kembali adrenaline meningkat. Keluar pesawat udaranya terasa berbeda. Bandara Sukarno-Hatta ternyata sangat luas dan besar. Keluar pesawat menjadi moment berharga karna pertama kalinya saya keluar dari pulau Sumatra yang sudah 22 tahun saya huni, juga pertama kali ke ibu kota negara denk.. hahaha.. norak.. biarin..

Ruang pengambilan bagasi kembali repot karna ada barang bawaan khusus dengan surat khusus. Setelah itu keluar dan celi
ngak-celinguk lagi melihat sosok yang gendut, bulet dan lucu. Ternyata Ajib udah dari tadi bersorak-sorak manggilin (berasa artis aja gue hahaha..), tujuan perjalanan berikutnya dipandu oleh Ajib aja.

Pertama Kali naik Kereta Api

Setelah keluar dari Sukarno-Hatta dengan Damri menuju Gambir, setiap detik rasanya baru semua. Gedung-gedung pencakar langit, jalan tol, high way, mobil-mobil mewah, mall-mall besar, yang selama ini cuma saya lihat di TV aja. Sampai di Gambir waktu menunjukan pukul 2 siang, setelah cek keberangkatan tujuan semarang ternyata jam 5 nanti berangkatnya. Yaudah terpaksa bengong dulu di gambir, makan siang perdana dengan rasa yang sedikit berbeda sama masakan padang.


Ternyata di samping Gambir ada Monas, ikon Jakarta, kan katanya belum ke Jakarta kalau belum liat Monas. Setelah muter-muter Gambir akhirnya kita nyerah dan duduk aja di ruang tunggu menunggu keberangkatan, saya malah sempat tidur sebentar. Waktu itu takjub sekali dengan peron yang ada di lantai 3, kalau ada kereta api yang lewat berasa ada gempa. (waktu ke singapore baru nyadar kalau kereta api di Indonesia kalah jauh).
Jam sudah menunjukan pukul 4.30 WIB, kita beranjak ke peron yang ada di lantai 3, dan saya bingung gimana nentuin kereta api yang akan kita tumpangi? Suara operatornya juga gak jelas terdengar. Untunglah Ajib gak se-oon saya. Dari luar kereta api “Argo Bromo” terlihat kusam, jelek aja. Tapi pas ma
suk ke dalamnya ternyata luas (dibandingin sama pesawat kelas ekonomi), dan bangkunya juga lebar dan nyaman, ada selimut dan bantal juga. Pas banget deh kalau gitu bisa tidur selama perjalanan.

Di atas kereta api gak sebodoh waktu di pesawat, sempat juga sih celingak celinguk liatin sekitar, lorong antar gerbong yang terlihat menyeramkan, ada 2 TV tiap gerbong, WC yg lobangnya langsung ke tanah (bikin ilfil mau pup), saya cuma liat ke luar jendela, terlihat monas makin lama makin jauh, dan pemandangan gedung-gedung pencakar langit kembali berganti dengan perumahan penduduk biasa, dan bahkan terlihat kotor. Tak lama setelah itu udah gelap. Lalu datanglah wanita cantik dengan face jawa banget, eeh ada pramugarinya juga yah kereta api? Dan ternyata kita dapat makan pula, asiik.. Mungkin karna kita menumpang kereta api kelas executive.

Karna tujuan saya pergi bertanding jadi saya harus jaga kondisi badan sampai pertandingan selesai, jadi kita berdua putuskan untuk tidur saja sepanjang perjalanan. Setelah cari posisi enak dan mata dipejamkan, tapi tubuh tak mau ikut tidur, terlalu banyak hal-hal baru hari ini yang telah dilalui dan pikiran saya berpikir what's next. Jam sudah menunjukan pukul 9, kereta api ini diperkirakan sampai di stasiun Tawang Semarang pukul 1-2 dini hari. Akhirnya saya bangun lagi dan sms-an dengan Suheng up date status terkini (waktu itu belum ada Facebook dink), juga dengan Rika (teman wushu), dia sedang di Jakarta juga lagi tugas magang di DepLu. Rika rencananya mau numpang latihan wushu di Senayan (nama sasananya Inti Bayangan) ada Sherina, Widi ABthree, Surya Saputra (artis denk) yang latian disana.

Tak lama kemudian Ajibpun terbangun dan marahin saya, Ajib memang dipercaya Suheng selain sebagai Atlit juga sebagai official, merangkap pelatih saya juga. Yaudah akhirnya kitapun tidur. Brrr tiba-tiba jadi dingin, ternyata si pramugari dengan semena-mena ngumpulin semua selimut penumpang dan itu juga sebagai tanda kalau kita sudah mau sampai di tujuan yaitu stasiun Tawang. ACnya dingin ampun, sayapun berusaha ngumpulin roh sambil ngucek-ngucek mata dan celingak-celinguk melihat pemandangan di luar jendela.

Jam 1 malam
sukseslah kita mendarat untuk pertama kalinya di Tawang, Ajib dan saya benar-benar gak tau dengan kota Semarang ini, untung ada teman dari mantan pacarnya teman wushu saya (Leila Canggung, red) yang udah kita confirm sejak di jakarta, dan dia berbaik hati mau menunggui kita di stasiun dan akhirnya mengevakuasi kita ke kosannya untuk malam itu (astaghfirullah saya lupa namanya tapi untung gak lupa kebaikannya). Di kosan sayapun tanpa malu dan basa-basi langsung molor aja (bingung juga mau nimbrung mereka pada pake bahasa jawa.. gak mudeng euy..).

Pendaftaran Pertama di Kejurnas

Bangun pagi, mandi dan shalat subuh ternyata tea manis hangat sudah tersedia waah mereka baik banget jadi gak enak. Teman baru kita ini dia aslinya orang padang yang lagi kuliah di semarang. Setelah itu dia mengantarkan kami ke angkot yang menuju ke tujuan kami berikutnya tapi dia tidak bisa ikut karna ada kuliah. Dengan modal alamat yang ada di formulir pendaftaran dan arahan dari teman baru itu, kita meraba-raba mencari Wisma Wushu Semarang, dekat dekat Vihara yang gede banget (lupa namanya). Fhuuuh.. akhirnya ketemu juga, penyambutannya sangat ramah, dan membantu sekali. Mereka surprise dengan kita ya
ng hanya berdua dari Universitas Andalas Padang. Untuk sesaat kita jadi terkenal disitu soalnya di sofa depan para petinggi PB-WI lagi duduk-duduk

Salaman, kenalan, kita jadi banyak kenal dengan para pewushu dari seluruh tanah air, mereka semua ramah dan baik, agak berbeda dengan yang saya temui selama ini di SUMBAR (please don't ask me about this). Karena mendengar suara ribut-ribut khas wushu dari lantai tiga akhirnya kita samperin ternyata benar mereka sedang latihan, wuidiih, perlengkapannya lengkap bener, jadi ngiler.. Karpet yang udah berstandart internasional setebal 5 cm, senjata lengkap, ruangan yang nyaman, peralatan fitness lengkap juga, ada 5 kamar mandi, ada kamar-kamar kecil untuk yang mau menginap atau sekedar kumpul-kumpul, ada ruangan terbuka di tengah-tengah disana ada tennis meja, gawang futsal, catur untuk bermain kalau jenuh berlatih wushu terus. Gak salah kalau para atlitnya keren-keren euy..

Penginapan Horor tapi berkesan

Untuk akomodasi ada beberapa pilihan yang ditawarkan panitia, dan kita memilih yang paling ekonomis mengingat budget terbatas. Penginapan di mess dengan transportasi gratis dari mess ke GOR Satria Semarang, tempat pertandingan berlangsung. Geografis kota Semarang agak kasar, mendaki dan menurun. Dan mess yang kita tempati ini teretak di ketinggian. Tepatnya ini mess sekolah perawat yang mereka sewa. Kita orang pertama yang datang ke tempat itu, first impress nya waktu itu “horor”, bahkan kita memutuskan kalau hanya kita yang menginap disini besok kita akan cari penginapan aja yang dekat GOR. Gak apapa nambah budget sedikit dari pada mati ketakutan hihihi..

Malamnya kita cari makan, saya bingung dengan menu makanan yang asing semua, nasi timbel, nasi gedeg, dan rumah makan padang adalah restoran yang tergolong agak mahal. Ajib membujuk anggap aja lagi wisata kuliner dan sedang berpetualang, untunglah sayapun bisa menikmati petualangan ini. Pengalamannya gak hanya di wushu aja tapi lebih membuka wawasan saya.

Waktu balik ke mess ternyata sudah ramai, syukurlah ternyata kita tidak sendiri..Rombongan dari Banten, Riau, KalBar dan Kaltim ikut bergabung juga di mess, dan mereka juga merasakan ke-horor-an mess ini. Tapi kita sepakat untuk menikmati dan seru-seruan aja biar gak kepikiran, trus yang pasti jaga sikap. Kita paling dekat ama anak Banten, mereka ngocol abiz apalagi kak Ijun. Kak Ijun aslinya Ambon tapi udah lahir and gede di Jakarta.Anak Riau paling jaim huuh.

Pertandingan (untuk yang ini bukan yang pertama)

Minggu malam kita menghadiri technical meeting, menjelaskan mengenai atauran, jadwal, dan segala macamnya. Jadual pertandingan saya hari Jumat dan Ajib malah Sabtu. Padahal kita berharap dapatnya awal-awal jadi setelah tanding kita bisa keliling-keliling Semarang dulu, bahkan kepikiran mau ke Jogja. Dengan begitu terpaksalah setiap pagi dan sore kita tetap latihan dan jaga kondisi fisik sampai waktu pertandingan, melupakan rencana berwisata.


Hari Jumat pagi, saya ke GOR Satria langsung mengenakan baju pertandingan khas Wushu, yang dilapisi jaket di luarnya, biar nggak dikira orang gila dengan kostum aneh gitu. Tapi baju tanding wushu untuk freestyle ini ternyata juga free nggak terpaku dengan aturan baku sebelumnya, kancingnya harus tujuh, warnanya, modelnya. Peserta dari tempat lain gaya-gaya semua. Tapi tak masalah saya tak peduli, yang penting saya harus bertanding dan pengalaman itulah yang harus saya bawa pulang dan laporkan ke Suheng juga sasana saya di UNAND Padang. Seperti target yang saya bawa untuk kejuaraan ini tak muluk-muluk kok, mengalahkan satu orang saja sudah cukup, yang terpenting adalah mengetahui bagaimana aturan main pertandingan freestyle yang baru ini.
Selesai shalat Jumat, jantung sudah kembang kempis, apa lagi saya adalah peserta yang terakhir tampil. Melihat peserta sebelumnya yang super keren saya sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi. Memalukan, memalukan deh, bodo amat. Waktunya datang, giliran sayapun sudah dipanggil, dengan pembukaan yang sigap, mantap (minimal first impress nya dapat), saya memainkan jurus yang sudah saya dan suheng susun selama 10 hari yang mepet itu. Set.. set.. set.. durasi 1 menit 30 detik yang ditunggu-tunggu dan merelakan semua ini bahkan tugas akhir saya hingga saya gagal wisuda semester itu, akhirnya terlewati, fhuuh lumayan lega. Saat menunggu hasil dari juri tiba-tiba ada suara yang bikin saya senyam-senyum mesem dan mencari sumbernya tapi nggak ketemu.

Hati dan emosi saya sudah siap untuk menerima hasil yang paling parah bahkan memalukan sekalipun. Tapi ternyata juri sangat berbaik hati, nilai saya tak separah yang saya bayangkan, waaah saya bahagia sekali. Tambah lagi mendengar kata-kata dari penonton misterius tadi. Hihihi.. (masih senyum mesem)
.
Sabtu pagi gilirannya Ajib. Pukul tujuh, kita sudah berada di lokasi, kali ini saya yang jadi official Ajib, jadi saya suruh (tepatnya menyemangati) ajib pemanasan dan latihan di lapangan tanding sekalian penyesuaian dengan karpet standard wushu international. Tebalnya 5 cm sangat empuk, dan aman jika kita terjatuhpun, kecuali kalau gerakan yang fatal bisa patah juga. Ajib yang kelihatannya tegar, sambil latihan sama para pewushu lain yang akan tampil tiba-tiba ngomong “aku gak jadi turun aja deh”, guabraaak.. “udah sejauh ini kok mau mundur, dan suheng pasti marah kalau tau” saya bilang. Dan setelah dengan sedikit motivasi dan gak mau malu sendiri akhirya Ajibpun tampil. Set.. set.. set.. 1 menit 18 detik, Ajib selesai memainkan jurus yang dirangkainya sendiri. Dan sekarang menunggu hasil perolehan nilainya, sedikit kecewa sih, tapi Ajib terima aja.
Medali Pertama

Setelah itu kami menunggu untuk penyerahan medali,
sayapun maju untuk mengambil perunggu. Selesai tanpa mengikuti acara penutupan kita langsung cabut untuk mutar-mutar kota semarang, gak jadi ke Jogja, Semarangpun juga oke. Tujuan yang dicari lumpia tentunya, makanan khas mereka kita makan 2 pieces masing-masing, enak.. rasanya mirip resoles ada daging ayamnya, kebetulan kita pilih yang ayam, ada juga yang pakai daging sapi atau hanya sayuran aja. Pokoknya maknyus deh. Pengennya bawa lumpia pulang buat oleh-oleh, tapi ternyata gak tahan lama, jadi batal niat ngasih oleh-oleh lumpia. Kita beli wingko babat aja akhirnya. Wingko babat kayak kue kering, parutan kelapanya terasa pas saat dikunyah. Sekarang ini sudah banyak inovasi dari pengolahnya ada berbagai rasa; coklat, durian, tapi saya suka yang original.


Capek mutar-mutar dengan bawaan yang ribet, kamipun memutuskan ke stasiun Tawang aja meskipun waktu keberangkatan masih lama. Kita menikmati stasiun ini dulu, penampilannya memperlihatkan kalau umurnya sudah tua, tapi masih terihat cantik dan classic. Di dalamnya banyak pedagang asongan dengan makanan-makanan khas jawa, tahu bacem, tempe bacem, gudeg, dan banyak lagi nggak tau apa nama makanannya. Kereta kita masih 2,5 jam lagi jadi kita asikin dulu aja.
Panggilan untuk kita akhirnya datang, masuk gerbong yang dipandu pramugari nan cantik. Sepanjang perjalanan kita tidur karna udah kecapekan. Sampai di stasiun Gambir pukul 4.30 WIB, dengan waktu yang sempit saya dan Ajib berpamitan dan saling titip salam (eh ajib aja kali yah), lalu sayapun langsung menuju ke bus Damri dan menuju ke bandara Sukarno-Hatta untuk lanjut ke Padang. Akhirnya landing di Padang. Setelah pengambilan bagasi yang kembali ribet, keluar dari pintu kedatangan ternyata teman-teman saya sudah menunggu, waah berasa orang penting hahaha. Saking semangatnya bahkan Dona (teman wushu) kecelakaan waktu buru-buru menuju bandara (maafkan yah Na..). Setelah itu sayapun digiring ke GOR H. Agus Salim menemui pelatih-pelatih saya yang lainnya. Meskipun hasil yang saya bawa pulang tidak terlalu memuaskan tapi alhamdulillah mereka tetap senang.

Setelah berehat sebentar NEXT pertandingan berikutnya “PORPROF SUMBAR” menunggu, nggak ada waktu istirahat lama-lama lanjut lagi latihan.

Bersambung ke note berikutnya.. cekidot..

5 komentar:

  1. u are the best.............. kau lah yang hebat... kiki ndak sempat ikuik dowwwwwwwwwwww,........ kau galia............! miss u so much my twin straightsword..........

    BalasHapus
  2. whoaaww.. I'm so surprise..
    sangko den sia tadi yg comment..
    pastinya.. for me you are the best.. coz we are twin..

    btw baa tentang tulisan den yori..?? den sadang belajar menulis..

    BalasHapus
  3. tulisanmu ok's bgt lo yat..again n again air mataku berlinang.....medali perak na lai disimpan urg2 tu y!!ngareeep....

    BalasHapus
  4. thanks Na.. hehehe.. jadi kangen ngumpul.. dima Na kini..??
    mungkin lai mah na.. mintaklah.. cubo tanyoan ka panitianyo..

    BalasHapus
  5. hhhmmm..........postingan bagus gan...

    BalasHapus