Sabtu, 24 Juli 2010

My Lovely Wushu Unand

July 2004, pertama kali saya mengenal wushu. Pada note sebelumnya saya sudah mengungkapkan dengan singkat bagaimana pertemuan saya dengan wushu. Terima kasih sekali untuk Panjul dan Yori, meskipun dua orang teman saya ini lebih dulu masuk tapi akhirnya kita jadi kayak seangkatan, malah Panjul mundur akhirnya off gak sempat latihan lagi karna banyak jadwal yang bentrok. Hanya Yori dan saya dari angkatan kita yang mampu eksis bertahan.
Wushu bagi saya tidak hanya sebagai tempat berlatih olah raga bela diri yang berasal dari daratan China, tapi juga merupakan sebuah keluarga. Kegiatan rutin yang dilakukan setiap hari Senin, Rabu, Jumat dan kadang Minggu pagi (sebenarnya wajib tapi saya sering bolos) tidak hanya sebatas berlatih gerakan-gerakan yang cukup sulit, rumit dan juga khas yang membuat kita tak pernah puas untuk berlatih terus supaya bisa melakukan gerakan yang keren.
Entah kenapa saya perhatikan dari setiap angkatan diwushu ini selalu ada aja salah seorang yang nyeleneh atau kalau boleh disebut “gila”, jadi kita menjalankan latian rutin itu ada-ada saja yang membuat ketawa dan seru-seruan, tapi siap-siap juga abis itu kena hukum push up. Pulang latiannya kita biasanya barengan, dan lagi-lagi ngelanjutin gila-gilaan. Menurut saya itulah yang membuat kita akrab seperti sebuah keluarga.
Anggota Keluarga
Jika kita analogikan seperti sebuah keluarga yang menjadi emaknya adalah Suheng Yosi Kamek (tentu bukan nama sebenarnya) dia adalah leader, pelatih, senior, official, semua deh, yang memang seperti seorang ibu, dia melindungi dan mengayomi kami semuanya tanpa membeda-bedakan, berjuang mati-matian untuk mensupport kami supaya berprestasi. Dan ayahnya mungkin Suheng Daus kali yah, dulu waktu saya baru masuk wushu pernah intensif dilatih oleh Suheng Daus ini, tapi pada tahun kedua dia sudah mulai jarang karna mulai merintis karirnya sehingga sudah sulit membagi waktu untuk kami. Dan jadilah Suheng Yosi seperti single parent. Yang paling kita hormati adalah Suheng Zal, dia bisa dibilang sesepuh, yang paling dituakan diantara kita semua.

Kakak tertua, bagi saya Lia dan Liza, mereka merupakan orang yang ingin dijadikan Suheng Yosi sebagai penerus, tapi sayang Liza sudah tidak punya waktu karna harus menjalani kuliah di dua jurusan dan universitas sekaligus, jadi mau gak mau Lia lah yang harus menerima. Bagi saya atau mungkin kami semua Lia adalah sosok senior yang baik, cantik dan yang paling khas adalah lucu. Dia membawa warna tersendiri di keluarga wushu unand, yang paling berkesan adalah kita disela-sela waktu istirahat sering berbodoh-bodoh gabungin gerakan wushu ama balet atau senam atau apalah yang ujungnya selalu kena hukum push up (hahah.. jadi ketawa sendiri mengingatnya).

Ada lagi Dona, sebenarnya Dona, Lia, Zul, Ajib, Andi, dan Ajir seangkatan masuk wushu di Unand, tapi karna Lia udah punya basic sebelumnya jadi Lia lebih tinggi sabuknya. Dan mereka semua adalah senior diatas saya setingkat. Bagi saya mereka semua mempunyai karakter yang khas; Dona si cewek tangguh, Ajir si serba bisa, Zul si pantat bermerek, Ajib ndut tapi badannya serasa ringan, Andi si cool dan Lia si janda genit dulu dia pernah disuruh belajar jurus janda genit karna dirasa sangat cocok memainkannya.

Angkatan saya awalnya ada beberapa yang aktif latihan, tapi lama-kelamaan makin menyusut hingga tersisa saya dan Yori. Kita suka menyebut diri kita dengan si twin swords, karna kita berdua sama-sama mengambil spesifikasi jurus pedang. Diwushu, dimana ada saya disitu ada Yori atau sebaliknya, jika salah satu gak ada pasti orang bakal nanyain, halah sok penting. Kita jadi dekat banget selain seangkatan juga sealiran jadi sering latiahan bareng saling berbagi ilmu dan pengalaman.

Dibawah angkatan saya ada Rika, Ira, Liza, Uud maaf cuma itu aja yang saya ingat, mungkin karna mereka punya karakter khas juga. Rika dulu pernah numpang latihan di Senayan bareng ama Sherina, dan pulang-pulang gerakannya jadi keren. Karna saya pemalas untuk ikut ujian kenaikan tingkat akhirnya saya sama dengan mereka ini pada saat sabuk orange, kecuali Uud.

Dibawah itu masih ada lagi junior-junior saya yang memberikan warna juga, dan yang pasti masih tetap ada yang “gila” malah lebih parah.

Perjuangan

Pada awalnya saya dan mungkin juga teman-teman yang lain memutuskan ikut wushu hanya untuk sekedar olah raga dan belajar bela diri, tapi dalam perjalanan kita dituntun dan dimotivasi untuk meraih prestasi juga. Pertandingan pertama yang kita ikuti adalah KEJURDA, dari situ akhirnya kita makin termotivasi untuk lebih mengejar prestasi-prestasi yang lainnya. Semangat latihanpun semakin menggebu-gebu. Jadual tiga kali dalam seminggu kadang terasa kurang, disetiap kesempatan kadang kita juga sibuk dengan wushu. Saya jadi ingat waktu itu acara Pandekar (UKM Bela diri Unand) ada acara, tapi kita malah sibuk juga latihan wushu tak tau diri plus bodoh-bodohan. Rame dan selalu ribut.

Tidak puas dengan Kejurda yang menurut kami penilaiannya gak fair, akhirnya kita berniat menuju ke Kejurnas. Kejurnas pertama yang diikuti waktu itu di Medan, tapi waktu itu saya gak ikut karna baru selesai operasi usus buntu, jadi yang ikut hanya Dona, Lia, Zul dan Yori. Saya dan Ajib ikut di Kejurnas Semarang Open (note sebelumnya). Dari pengalaman itu kita kayak terbuka mata untuk melihat dunia wushu itu seperti apa, kita masih jauh tertinggal dan semangat untuk semakin baikpun semakin menjadi-jadi.

Puncaknya adalah PORPROF X SUMBAR, pengalaman tak terlupakan, kita semua ikut dalam kopetisi ini tapi tidak dalam satu tim. Kita mewakili daerah yang berbeda-beda tapi itu gak penting, pokoknya dalam even ini kita semua bisa ikut. Dan di lapangan pertandingan meskipun sebenarnya antar daerah saling bersaing tapi kita tetap aja ngumpul bahkan makan bareng. Tapi abis itu kena tegur supaya tidak terlalu menampakan. Rasanya aneh tapi seru, kita bersaing tapi tetap saling mendukung.

Sepulang dari situ kita benar-benar membawa berjuta kenganan baik dan buruk yang pasti tetap seru. Tapi sayangnya sepulang itu pula saya udah jarang latihan lagi karna harus sibuk berkutat dengan dunia saya yang baru setelah keluar dari dunia mahasiswa. walaupun begitu darah saya sudah terlanjur teraliri kecintaan terhadap keluarga wushu Unand, sampai sekarangpun kita semua masih dekat meskipun sudah jarang bertemu, sekali bertemu kembali gila.. waah aku jadi rindu kalian semua..

3 komentar:

  1. Poto pas porprov paling keren! :D

    BalasHapus
  2. aku baru baca nich..kamu buat air mataku berlinang dan hampir menetes karna baca semua tulisanmu..haru,bahagia,sedih,semua bercampur..aku kangen semuanya,kangen sama kalian,kangen semua kejadian2 yang pernah kita lewati dulu..susah senang sama2..I LOVE YOU ALL

    BalasHapus
  3. baiklah Na.. terima kasih sudah meninggalkan comment.. i need it..
    LOVE you too..

    BalasHapus